Kepala Desa Bantah Warganya Kembali Tidak Punya Penghasilan

Satu tahun setelah Pertamina membeli seluruh lahan, dikabarkan masyarakat setempat mengalami kesulitan ekonomi dan diambang kemiskinan

oleh Liputan6.com diperbarui 30 Jan 2022, 03:00 WIB
Musanam seorang warga kampung miliarder Tuban yang mengaku menyesal telah menjual tanahnya untuk pembangunan kilang minyak. (Liputan6.com/ Ahmad Adirin)

Liputan6.com, Jakarta Pejabat Desa Wadung Kecamatan Jenu Kabupaten Tuban Jawa Timur membantah warganya mengalami kesulitan setelah beberapa saat menerima uang dari PT Pertamina terkait ganti untung.

Bahkan, video kampung miliarder Tuban tersebut sempat menghebohkan jagat maya dengan aksi warga desa yang memborong mobil mewah setelah menjual lahannya kepada Pertamina.

Namun, satu tahun berikutnya, dikabarkan masyarakat setempat mengalami kesulitan ekonomi dan diambang kemiskinan. Ancaman kemiskinan tersebut karena hilangnya tanah garapan.

"Sebagian besar bahkan hampir semua warga di Desa Wadung menerima lahannya dibeli Pertamina," ujar dia disadur dari beberapa sumber, Sabtu (30/1/2021).

Sasmito mengatkan, penghasilan terbesar yakni untuk bertahan hidup dari bertani dengan masyarakat. Dikatakan Sasmito, masyarakat yang terdampak atas pembangunan kilang minyak itu berjumlah 151 KK.

Namun dari jumlah masyarakat yang terdampak itu, hanya sekitar 20 persen yang memiliki lahan dan sudah mendapatkan uang ganti rugi lahan dari Pertamina.

"Yang punya lahan dari jumlah penerima ganti rugi kan hanya sebagian, sisanya bekerja sebagai buruh tani. Jadi gak ada lagi lahan yang digarap oleh masyarakat yang dulunya bekerja sebagai buruh tani," ungkap Sasmito, Sabtu (29/1/2022).

Apalagi dikatakan, saat ini Pertamina juga belum membuka lowongan pekerjaan secara besar-besaran. Sehingga menambah kesulitan masyarakat yang sebelumnya sebagai buruh tani.

"Mudah-mudahan saja Pertamina bisa segera buka lowongan pekerjaan untuk masyarakat desa," harap Sasmito.

Ia juga menepis soal kabar uang ganti rugi yang diterima masyarakat sudah banyak yang habis. Karena setelah masyarakat menerima uang ganti rugi, banyak juga masyarakat yang membeli lahan di luar desanya.

"Masyarakat yang menerima ganti rugi banyak yang beli lahan lebih luas lagi, karena masyarakat bisa membeli lahan yang lebih murah dari nilai ganti rugi Pertamina sebesar Rp 600.000," ungkap Sasmito.

Penulis : Devteo Mahardika Prakoso

Saksikan video pilihan berikut ini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya