Liputan6.com, Jakarta - Migrain dikenal sebagai sakit kepala yang memberikan sensasi berdenyut dan terjadi di salah satu bagian kepala saja. Namun sebenarnya migrain bukan hanya sekadar sakit kepala biasa, lho.
Migrain sendiri merupakan gangguan neurologis atau sebuah penyakit yang terjadi pada bagian sistem saraf seperti otak, otot, saraf tulang belakang, dan saraf tepi.
Advertisement
"Migrain adalah gangguan kronis yang melibatkan beberapa area disfungsi otak," ujar dokter spesialis neurologi, Lauren A Aymen, DO dikutip Bustle, Minggu (30/1/2022).
"Gejala umumnya termasuk sakit kepala berdenyut yang melemahkan, menurunnya sensitivitas pada cahaya atau suara, mual, dan muntah. Beberapa juga merasakan gangguan penglihatan kurang dari satu jam yang diikuti dengan nyeri kepala," tambahnya.
Sakit kepala normal biasanya pun akan hilang dalam beberapa jam atau dengan bantuan obat yang dijual bebas. Namun, migrain dapat bertahan hingga berhari-hari atau berminggu-minggu.
Terlebih, masih ada beberapa hal yang kerap terlewatkan soal migrain. Apa sajakah itu? Berikut beberapa diantaranya.
Memiliki berbagai jenis
Migrain yang terjadi ternyata tidak semuanya sama. Bagi sebagian orang, migrain justru berjalan dalam jangka waktu panjang.
"Beberapa orang mengalami migrain kronis, yang mana terjadi selama 15 hari atau lebih dalam satu bulan," ujar anggota dewan National Headache Foundation, Dr Jan Brandes, MD, MS, AQH.
Ada pula yang disebut dengan migrain menstruasi, yang mana terjadi sebelum, selama, atau setelah periode menstruasi.
Sebelum migrain terjadi, beberapa orang pun mengalami gangguan penglihatan atau yang disebut dengan migrain okular, yang biasanya muncul tanpa menimbulkan rasa nyeri kepala.
Bisa disebabkan oleh kondisi mental
Menurut spesialis internis sakit kepala dan nyeri wajah, Dr Chantal Strachan, MD, migrain dikenal sebagai penyakit yang dapat dipicu oleh rangsangan.
"Oleh karena itu, setiap pasien harus mengidentifikasi dan mengelola pemicu spesifik mereka. Pemicu migrain dapat mencakup dehidrasi, stres, kecemasan, depresi, gangguan tidur, diet, dan faktor lingkungan lainnya," ujar Chantal.
Meski demikian, serangan migrain juga dapat dimulai tanpa pemicu yang diketahui. Jika diketahui pun, penting untuk dapat mengelolanya.
"Saya penting untuk mencoba mengendalikan pemicu. Pemicu umum seperti kurang tidur, stres, dehidrasi, semuanya dapat diminimalkan sampai batas tertentu," ujar Jan.
Dapat mengubah struktur otak
Tak hanya menyebabkan sakit kepala jangka panjang, migrain juga dapat mengubah struktur otak dari waktu ke waktu.
Hal tersebut dapat terjadi karena adanya gangguan aliran darah ke area otak selama migrain terjadi.
"Perubahan neurologis di otak selama migrain bisa menyebabkan pelebaran pembuluh darah di otak, yang kemudian bisa memperburuk sakit kepala dan memicu aktivasi tambahan saraf," ujar Chantal.
Sehingga, penting untuk tidak selalu menganggap enteng bila migrain sering terjadi pada Anda. Mengingat ternyata migrain pun tidak sesederhana yang terpikirkan.
Jika migrain yang terjadi mulai mengganggu dan berlangsung lama, pertimbangkanlah untuk mengonsultasikan hal tersebut pada tenaga profesional.
Advertisement