Liputan6.com, Jakarta - Seperti diketahui, perkembangan di ranah medis membutuhkan berbagai macam pengujian sebelum akhirnya masuk pada fase uji klinis.
Terkait ini, para peneliti dan pengujian dengan risiko tinggi pun membutuhkan laboratorium khusus, yang mana harus memenuhi syarat keamanan hayati (biosafety) dan biosekuriti yang tinggi.
Advertisement
Sebagai upaya memenuhi hal tersebut, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkapkan bahwa pihaknya sudah memiliki berbagai fasilitas laboratorium yang menganut konsep biosafety.
Berdasarkan tingkatan Biosafety yang ada, laboratorium sebenarnya dikategorikan menjadi empat bagian dengan ragam penyakit yang berbeda seperti sebagai berikut.
- Biosafety Level 1 (BSL-1): Bacillus subtilis, E. Coli dan virus cacar air
- Biosafety Level 2 (BSL-2): Hepatitis B, Hepatitis C, Flu, virus West Nile, dan Salmonella
- Biosafety Level 3 (BSL-3): Anthrax, HIV, SARS, Mycobacterium tuberculosis, dan Brucella
- Biosafety Level 4 (BSL-4): Virus ebola zaire, dan hantavirus
Dalam setiap levelnya, ada perbedaan tingkat keamanan, aktivitas, dan sifat mikroorganisme yang ditangani.
Sejauh ini, BRIN sudah memiliki tiga fasilitas laboratorium yakni Biosafety Level 2 (BSL-2), Biosafety Level 3 (BSL-3), Animal Biosafety Level 3 (ASBL-3).
Deteksi SARS-CoV-2
Koordinator Pelaksana Fungsi Pengelolaan Laboratorium BSL-2, BSL-3, dan ABSL-3 BRIN, Muhammad Ridwan menjelaskan, laboratorium BSL-2 biasanya diperuntukkan untuk menangani penyakit yang sudah ada sebelumnya.
"Laboratorium BSL-2 diperuntukkan menangani mikroorganisme yang menyebabkan penyakit pada manusia dengan berbagai tingkat,” ujar Ridwan dalam siaran pers ditulis Minggu, (30/1/2022).
Namun, sejak pandemi COVID-19, Laboratorium BSL-2 telah digunakan sebagai layanan deteksi virus SARS-CoV-2, yang mana dilakukan dengan menggunakan metode Real Time PCR (RT-PCR).
Deteksi penyakit lain
Sedangkan, Laboratorium BSL-3 sendiri digunakan untuk menangani mikroorganisme yang dapat menginfeksi melalui jalur inhalasi.
Serta, digunakan untuk memperbanyak mikroorganisme seperti virus melalui proses kultur dalam media pertumbuhan tertentu.
Mikroorganisme tersebut berbahaya bagi periset dan tim di dalam laboratorium, dan berpotensi mengkontaminasi lingkungan.
Sehingga, Laboratorium BSL-3 miliki BRIN dilengkapi sistem tata udara yang dilengkapi dengan HEPA filter yang mampu menyaring partikel berukuran di bawah 0,3 mikron.
Pada Desember 2018, laboratorium satu inipun sudah tersertifikasi secara internasional dari World BioHazTec, suatu lembaga sertifikasi untuk fasilitas laboratorium di US, Asia, dan South America untuk kawasan asia, dan berkantor di Singapura.
Advertisement