Liputan6.com, Yogyakarta- Depepedia adalah platform digital melalui media sosia Instagram yang lahir dari dua anak muda di Jawa Tengah. David Dwi Praharsa dan Stephen Santoso mengaggas Depepedia pada 2018.
Sekalipun berasal dari Jawa Tengah, konten-konten Depepedia justru mendunia. Bukan hanya seputar Jawa Tengah dan Yogyakarta, David dan Stephen pun banyak membahas soal kuliner, destinasi wisata, akomodasi di Indonesia dan luar negeri.
Pengikut Depepedia di Instagram mencapai lebih dari 75.000. Konten-kontennya pun menjadi referensi warganet ketika bepergian atau makan di suatu tempat.
Baca Juga
Advertisement
Pengikut akun Instagram Depepedia pun terbilang militan. Apapun yang direkomendasikan oleh David dan Stephen langsung dicoba.
Dalam Kelana Rasa bertajuk Ulang Tahun ke-4 Depepedia pada 22 Januari 2022 di Pendopo Ajiyasa JNM Bloc kompleks Jogja National Museum (JNM) Yogyakarta, testimoni pun bermunculan.
Salah satunya, dari Ibu Made, pemilik warung Ayam Geprek Bu Made. David sudah menjadi pelanggan warung ayam geprek itu sejak 2008.
“Lalu ketika sudah ada Depepedia, banyak sekali pelanggan yang meminta khusus sambal racikan Depepedia,” ujar Ibu Made.
Hal senada juga dilontarkan Sandi, pemilik persewaan mobil wisata Sumbayak Rent Car. Usaha sewa mobilnya pernah dipublikasikan David sebagai rekomendasi persewaan mobil yang unggul di Yogyakarta.
“Semenjak disebutkan dalam Depepedia, pelanggan saya banyak sekali yang berkata mendapat rekomendasi dari akun Depepedia, hingga memesan salah satu sopir andalan saya di sini. Sungguh luar biasa memang akun Instagram ini,” ucapnya.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Bukan Influencer, Bukan Endorser
Sekalipun terlihat seperti influencer atau endorser, namun apa yang dilakukan David dan Stephen jauh dari niat itu. Ia mengunggah konten berdasarkan pengalamannya sendiri.
Objektivitas Depepedia terbilang tinggi karena murni pengalaman pribadi dan model interaksi dengan warganet selayaknya teman akrab. Terlebih, ketika mereka berdua mengunggah konten, seluruhnya swadaya.
Artinya, bukan pesanan, bukan iklan. Ketika berkunjung ke tempat makan, misalnya, David dan Stephen tetap merogoh kocek sendiri untuk membayar. Jika mereka terkesan, maka aktivitas itu akan diunggah ke media sosial.
Mereka mengunggah konten ke Depepedia untuk menjadikan akun ini sebagai buku panduan berwisata dan berkegiatan. Warganet pun menjadikan akun ini sebagai acuan untuk memilih tempat makan atau saat berwisata.
Saking ketatnya kurasi konten, tak jarang David dan Stephen mengunjungi sebuah tempat sampai dua atau tiga kali untuk memastikan layak atau tidaknya direkomendasikan.
David juga enggan disebut influencer atau endorser. Ia lebih suka disebut Key Opinion Leader (KOL).
“Alhamdulillah di usia yang tergolong masih muda, Depepedia menjadi rujukan bagi teman-teman netijen budiman (sebutan untuk pengikut akunnya) dan tempat untuk berdiskusi, berbagi pengalaman perjalanan, rekomendasi kuliner hingga produk UMKM unggul juara lokal,” ujar David di sela-sela penutupan acara Kelana Rasa.
Ia berharap, Depepedia dapat terus menjunjung tinggi kolaborasi, sinergitas lintas industri, semangat nasionalisme dan juga edukatif serta objektivitas dalam dalam berbagi informasi.
Advertisement