Liputan6.com, Jakarta Peluang pekerjaan semakin luas sejak kehadiran transportasi online. Ya, mereka yang memiliki armada mobil atau sepeda motor sendiri, dapat menjadi mitra driver transportasi online.
Itu artinya, kendaraan yang digunakan untuk mengangkut penumpang bukan milik perusahaan, melainkan kepunyaan pribadi atau rental. Begitu pula dengan pengendaranya, bukan karyawan perusahaan penyedia layanan transportasi online melainkan mitra driver.
Advertisement
Namun ketika orang-orang ingin menjadi mitra driver, perusahaan transportasi online menerapkan berbagai kebijakan. Salah satunya kebijakan yang berkaitan dengan langkah pencegahan dan penanganan, khususnya tindak kejahatan dan kekerasan seksual.
Hal itu penting diterapkan karena setiap moda transportasi tak luput dari risiko-risiko tersebut, baik kepada penumpang dan mitra driver. Director of Business, Jabodetabek-Grab Indonesia, Iki Sari Dewi mengatakan bahwa miitra driver merupakan garda terdepan dalam memberikan layanan berkualitas.
“Untuk itu kami memperkuat protokol keselamatan dan keamanan guna mencegah tindak kejahatan dan kekerasan seksual bahkan dari tahap awal, yakni saat menyeleksi mitra driver,” kata Iki.
Ya, selama proses penerimaan calon mitra driver, Grab menerapkan beberapa tahapan seleksi, mulai dari registrasi, verifikasi, pelatihan, hingga aktivasi. Pada tahap registrasi, calon mitra diwajibkan lolos validasi keaslian dokumen dan berkas fisik, termasuk identitas diri dan kendaraan.
Kemudian di tahap berikutnya, mitra driver diwajibkan mengikuti dan lulus pelatihan yang diselenggarakan secara online oleh GrabAcademy dengan melibatkan tim ahli independen. Pelatihan ini merupakan bagian dari pembekalan dan edukasi kepada mitra mengenai standar pelayanan hingga kode etik.
Iki menjelaskan, standar pelayanan dan kode etik inilah yang menjadi acuan bagi mitra driver dalam melayani penumpang. Misalnya cara berkendara, apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan dalam melayani penumpang, cara menyapa penumpang, hingga cara membangunkan penumpang yang tertidur.
Selain pelatihan, mitra driver juga diwajibkan mengikuti tes online secara berkala. Materi yang disediakan GrabAcademy dirancang khusus agar mudah dipahami, misalnya dalam bentuk video animasi.
“Melalui tes berkala ini kami ingin memastikan mitra driver selalu teredukasi sehingga dapat mencegah terjadi tindak kejahatan dan kekerasan seksual, tidak hanya kepada penumpang namun bagi mitra sendiri. Itu karena risiko perjalanan bisa terjadi pada siapa saja, termasuk mitra kami,” tambah Iki.
Terakhir adalah tahap pemeriksaan kelayakan kendaraan. Di Grab, hanya kendaraan dengan kondisi prima yang dapat beroperasi. Grab juga mengimbau bagi para mitra driver untuk melakukan pemeliharaan kendaraan secara mandiri dan rutin.
Mengenai proses penyeleksian menjadi mitra driver Grab diungkapkan oleh Ignatius Bima. Dia sudah menjadi mitra driver GrabCar selama empat tahun.
“Awalnya saya pikir jadi mitra Grab tuh gampang, ternyata nggak semudah yang saya bayangin, ada beberapa tahapan yang harus diikutin. Tapi setelah nge-Grab, saya sadar itu semua dilakukan supaya saya bisa ngasih pelayanan yang bagus ke pelanggan. Lewat tes online juga saya dan temen-temen jadi belajar hal-hal baru yang bermanfaat bagi kita,” katanya.
Hingga saat ini Grab telah bermitra dengan lebih dari sembilan juta driver GrabCar dan GrabBike, merchant dan agen untuk melayani jutaan konsumen di Asia Tenggara, termasuk di Indonesia.
“Hal tersebut tentu menjadi tanggung jawab besar bagi perusahaan untuk memastikan keselamatan, keamanan dan kenyamanan penumpang, oleh karena itu sejak hadir di Indonesia, kami menanganinya dengan serius, melalui langkah-langkah nyata, termasuk dalam seleksi mitra,” tutup Iki.
(*)