Lewat Big Data Center, Pengobatan Mutakhir di Indonesia Bukanlah Mimpi

Menuju sistem pengobatan yang lebih mutakhir di masa depan.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 31 Jan 2022, 15:30 WIB
Ilustrasi Pengobatan Penyakit Gagal Ginjal Kronis Credit: pexels.com/Olga

Liputan6.com, Jakarta - Kehadiran 'Big Data Center' kesehatan, menurut Wakil Direktur IMERI FKUI Bidang Riset dan Inovasi, Budi Wiweko, menjadi pijakan penting menuju pengobatan yang lebih mutakhir di Indonesia di masa depan. Pengobatan yang dimaksud adalah precision medicine.

Precision medicine (pengobatan presisi) juga disebut pengobatan personalisasi (personalized medicine). Pengobatan ini membantu dokter menemukan risiko penyakit dan perawatan yang paling sesuai untuk pasien. Kesehatan presisi lebih luas, termasuk pengobatan presisi, melainkan jugga pendekatan yang terjadi di luar lingkungan, seperti kegiatan pencegahan penyakit dan promosi kesehatan.

"Kami baru saja meluncurkan 'Big Data Center' kesehatan, yang bekerja sama dengan IDEALAB. Dengan adanya Big Data, maka pengembangan layanan precision medicine bukanlah sebuah mimpi yang indah," beber Budi saat Grand Launching Big Data Center IMERI-IDEALAB, Senin (31/1/2022).

"Precision medicine di sini adalah pengobatan yang cepat, tepat, dan efektif. Mulai aspek promotif, preventif, diagnostik sampai dengan treatment dan rehabilitatif. Precision medicine yang fokus pengobatan individual bisa diinterpretasi menjadi sebuah precisional kebijakan kesehatan masyarakat."

Seluruh informasi kesehatan dengan adanya Big Data juga dapat memberikan masukan kepada pemerintah daerah. Misal, upaya yang tepat pemenuhan nutrisi setiap provinsi, kondisi environment, dan gaya hidup serta olahraga yang tepat bagi populasi sebuah provinsi untuk mencegah penyakit degeneratif.

"Yang tidak kalah penting adalah ethic dan legal. Kalaupun, misalnya, informasi itu bersifat anonymous (tanpa nama), tetap kita membutuhkan informasi secara etik yang harus diatur. Di sini, kami terus mengadvokasi Kementerian Kesehatan untuk mendukung hal itu," jelas Budi.


Penguatan Kapasitas Layanan Faskes

Aktivitas Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) khusus Covid-19 di Pasar Minggu, Jakarta, Sabtu (3/10/2020). RSUD Pasar Minggu menjadi salah satu rumah sakit daerah yang sudah 100 persen hanya melakukan perawatan corona. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Peran Big Data, lanjut Budi Wiweko juga mendorong peningkatan aspek promotif dan preventif yang ada di layanan fasilitas kesehatan (faskes). Hal ini menyasar kepada masyarakat.

"Tanggung jawab kita sebagai pengelola 'Big Data Center' untuk mengedukasi, bukan saja tenaga kesehatan dan tenaga medis, tetapi juga pasien dan masyarakat. Dengan mengedukasi pasien dan masyarakat akan memudahkan kita memanfaatkan teknologi yang ada," lanjutnya.

"Karena teknologi adalah label dari Big Data. Dengan adanya Big Data, bisa termanfaatkan dan nantinya tentu akan sangat penting early deteksi."

Di sisi lain, Big Data berperan dalam transformasi ketahanan kesehatan Indonesia, terutama produk farmasi dan produk alat kesehatan (alkes).

"Peran 'Big Data Center' sangat-sangat krusial. Kita lihat di sini, ada Indonesian Biodiversity dan ini hanya akan mungkin terkelola dengan baik bila 'Big Data Center' kita baik," pungkas Budi.

"Kita akan sangat kuat menjadi clinical trial, kalau Big Data Center kita baik, sehingga semua principal investigator yang kita miliki akan bisa bekerja dengan sangat baik mendukung clinical trial. Begitupun dalam aspek health assessment."


Infografis Selalu Waspada Penularan Covid-19 Melalui Droplet

Infografis Selalu Waspada Penularan Covid-19 Melalui Droplet. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya