Liputan6.com, Jakarta - Investasi hijau makin diminati. Hal itu merujuk pada perhatian dunia terhadap isu perubahan iklim yang dalam beberapa tahun terakhir kembali gencar diperbincangkan.
Kondisi tersebut mau tidak mau mencorong perusahaan tercatat atau emiten untuk turut memperbaiki tata kelola perusahaan berbasis ESG agar dapat menjadi pertimbangan investor, khususnya yang memiliki konsen terhadap isu lingkungan.
Advertisement
"Sekarang ini tidak cukup analisa teknikal dan fundamental saja. Sekarang ada ESG analisis," ujar Head of Business Development Indonesia Stock Exchange, Ignatius Denny Wicaksono dalam webinar Tren Penerapan Keuangan Berkelanjutan Berbasis ESG Pascapandemi, Senin (31/1/2022).
Ia menjabarkan, ada sejumlah cara yang bisa ditempuh untuk andil dalam investasi hijau. Pertama, yakni ESG integration. Langkah ini untuk menilai aspek ESG dari setiap perusahaan, lalu memasukkannya dalam portofolio atau daftar kerja.
"Kedua, exclusionary screening, ini adalah melakukan screening pada sektor-sektor yang dinilai kurang cocok seperti tembakau misalnya,” imbuh Denny.
Selanjutnya, investor dapat melakukan pengamatan best in class. Artinya, mencari perusahaan terbaik di kelasnya, utamanya dalam penerapan ESG. Lalu ada Active ownership, di mana investor secara berkala ikut serta dalam pengambilan keputusan perusahaan.
Keempat, yakni thematic investment. Yakni berinvestasi pada produk yang mengusung tema-tema tertentu, misalnya ESG. Terakhir yaitu impact investing. Maksudnya, investor tidak hanya berorientasi pada imbal hasil, tapi lebih fokus pada bagaimana dampak investasi terhadap lingkungan.
"Itu tadi caranya. Lalu, strategi bagaimana? Investor bisa menggunakan passive index,” kata dia.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Integrasikan ESG
Passive index tracking memungkinkan investor secara langsung melakukan evaluasi atas indeks yang akan diinvestasikan. Lalu melakukan investasi berdasarkan indeks acuan.
Kedua, yakni melalui pengamatan active equity. Maksudnya, investor dapat secara langsung menggunakan rating atau penilaian dari pihak ketiga dalam mengintegrasikan ESG ata u membuat model sendiri.
"Investor juga bisa mengintegrasikan ESG dari stock level atau portfolio level dan menggunakan strategi yang ada, best in class misalnya," papar Denny.
Advertisement