Liputan6.com, Jakarta Perayaan Tahun Baru Imlek di Indonesia, terutama yang ada di DKI Jaarta dan sekitarnya kerap menyajikan ikan bandeng di meja makan. Menurut sejarawan JJ Rizal hal ini hanya ada di Indonesia.
JJ Rizal menerangkan, orang Tionghoa yang ada di Jakarta justru menyerap sajian ikan bandeng dari kultur Betawi sejak abad ke-17. Bahkan mungkin ada yang mengenal penyebutan Lebaran Cina, bukan? Itu adalah nama lain dari Imlek oleh orang Betawi menunjukkan penerimaan masyarakat Betawi terhadap Imlek.
Advertisement
Dulu, ikan bandeng kerap hadir dalam sajian khas Imlek mengingat ikan ini gampang dipelihara di laut utara Jakarta. Namun, ada juga nelayan yang memeliharanya sampai seberat 2-7 kg khusus untuk dijual saat Tahun Baru Imlek seperti mengutip laman Warisan Budaya TakBenda Indonesia dari Kemendikbud.
Ikan bandeng yang berukuran besar bagi orang Tionghoa melambangkan kemakmuran dan rezeki yang berlimpah. Kata “ikan” atau “Yu” dalam logat Mandarin artinya rezeki. Sehingga, harapannya di tahun yang baru mereka akan memperoleh kemakmuran dan rezeki.
Lalu, duri pada ikan bandeng dimaknai sebagai kehidupan yang rumit. Maka dari itu, saat santap ikan bandeng perlu kehati-hatian. Sama seperti menjalani hidup ini perlu berhati-hati
Bagi masyarakat Tionghoa sendiri, hidangan ikan selalu disajikan di akhir jamuan sebagai lambang rezeki berlimpah di masa mendatang. Ikan disajikan utuh dari kepala hingga ekor.
Tidak Bawa Sajian Ikan Bandeng, Tanda Tidak Hormat ke Orang Lebih Tua
Ikan bandeng juga tanda penghormatan saat perayaan Imlek. Seorang anggota keluarga yang tidak membawa ikan bandeng kepada orang yang lebih tua seperti kepada orangtua dan mertua dianggap tidak mempunyai sopan.
Selain itu, ada juga yang menjadikan sajian ikan bandeng sebagai tantangan kepada calon menantu perempuan layak atau tidak masuk menjadi anggota keluarga. Lalu, apa hubungan ikan bandeng dengan calon menantu perempuan?
Hal ini terkait kerajinan, ketekunan, sensitivitas serta kerapian. Terkait kerajinan, untuk mendapatkan ikan bandeng yang besar dan gemuk hanya bisa diperoleh pada pagi hari.
Lalu, soal ketekunan, untuk memasak ikan pindang bandeng yang nikmat perlu dengan api kecil. Jika dapat melakukannya maka lolos tes.
Ketiga, sensitivitas juga diuji di sini mengingat pindang memiliki rasa manis, pedas, asin, dan asam harus pas.
Lalu, keempat kerapian dalam penyajian sajian ikan bandeng adalah hal yang sangat penting.
Advertisement