Wall Street Kompak Menguat Tersengat Aksi Beli Saham Teknologi

Wall Street menguat pada 31 Januari 2022 yang didukung aksi beli saham teknologi oleh investor.

oleh Agustina Melani diperbarui 01 Feb 2022, 07:29 WIB
Pasar Saham AS atau Wall Street.Unsplash/Aditya Vyas

Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street melonjak pada Senin, 31 Januari 2022. Wall street menguat dalam dua hari berturut-turut seiring investor membeli saham teknologi yang telah terpukul sepanjang Januari 2022.

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks S&P 500 naik 1,89 persen menjadi 4.515,55. Indeks Dow Jones bertambah 406,39 poin atau 1,2 persen mencapai 35.131,86. Indeks Nasdaq naik 3,41 persen menjadi 14.239,88.

Sepanjang Januari 2022, indeks S&P 500 dan Nasdaq mencatat kinerja buruk sejak awal pandemi COVID-19. Hal ini karena investor bersiap untuk the Federal Reserve menaikkan suku bunga beberapa kali pada 2022.

Pada Januari 2022, indeks S&P 500 melemah 5,3 persen, dan mencatat kinerja buruk sejak Maret 2022 yang susut 12,5 persen. Penurunan Januari terbesar sejak 2009. Indeks Dow Jones susut 3,3 persen secara bulanan. Penguatan 1,2 persen pada 31 Januari 2022 membantu indeks Dow Jones.

Indeks Nasdaq melemah 8,9 persen pada Januari 2022, dan mencatat kinerja bulanan terburuk sejak Maret 2020.

"Antara jumlah volume yang kami lihat dan gejolak besar di pasar, volatilitas benar-benar terasa seperti puncaknya,” ujar Chief Market Strategist National Securities, Art Hogan dikutip dari CNBC, Selasa (1/2/2022).

Hogan menuturkan, sebagian besar kemungkinan dana keluar dari growth stock tetapi masuk ke saham siklikal.

"Kemudian itu akan mengendur, dan growth stock akan sedikit meningkat. Itu semua terjadi hingga minggu terakhir ini. Kami telah meliaht sedikit akibat dari badai itu, dan itu tampaknya lebih stabil,” tutur dia.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Gerak Saham di Wall Street

(Foto: Ilustrasi wall street, Dok Unsplash/Sophie Backes)

Pekan lalu, the Federal Reserve (the Fed) atau bank sentral AS mengindikasikan kemungkinan akan mulai menaikkan suku bunga pada Maret 2022 untuk mengatasi inflasi yang tinggi secara historis.

Itu akan menjadi kenaikan suku bunga pertama bank sentral dalam lebih dari tiga tahun. Pasar sekarang memperkirakan setidaknya lima kali kenaikan suku bunga pada 2022.

Saham teknologi adalah beberapa paling terpukul pada Januari 2022 seiring investor khawatir tingkat bunga lebih tinggi akan berdampak terhadap valuasi dan meningkatkan biaya operasional. Investor sedikit kembali memikirkan hal itu terutama setelah penurunan dramatis di saham.

Saham Netflix dan Spotify masing-masing melonjak lebih dari 11 persen dan 13 persen dari Citi. Pada Januari 2022, saham Netflix masih turun hampir 30 persen dan Spotify susut 16 persen.

Saham Tesla turun 11 persen pada Januari 2022. Namun, pada Senin, 31 Januari 2022, saham Tesla naik lebih dari 10 persen setelah Credit Suisse meningkatkan rekomendasi saham Tesla. Saham Rivian dan Lucid masing-masing bertambah lebih dari 15 persen dan 8 persen.

Saham Nvidia naik 7 persen setelah terpukul pada Januari. Saham Nvidia merosot 16,7 persen pada Januari 2022. Di luar saham teknologi, saham Boeing naik 5 persen setelah menangkan kesepakatan dengan Qatar Airways senilai USD 34 miliar.


Investor Bakal Hadapi Rilis Data Ekonomi dan Laporan Keuangan

Ekspresi spesialis David Haubner (kanan) saat bekerja di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok karena investor menunggu langkah agresif pemerintah AS atas kejatuhan ekonomi akibat virus corona COVID-19. (AP Photo/Richard Drew)

MKM Partners Chief Market Technician JC O’Hara menekankan, masih ada 30 persen kemungkinan posisi terendah baru dapat terbentuk, investor harus percayai proses penurunan.

"Kami terus percaya kondisi ekonomi menguntungkan dan pelemahan baru-baru ini bukanlah masalah sistematis, melakukan pengaturan valuasi karena perubahan cepat dengan ekspektasi investor untuk jalur suku bunga pada masa depan,” kata O’Hara.

Chief Investment Strategist, Leuthold, Jim Paulsen menuturkan, aksi jual karena kepanikan melelahkan investor. Namun, langkah pertama mengakhiri koreksi dan stabilkan pasar.

"Tidak akan mengejutkan jika ada pengujian terendah intra day pada Senin lalu, dan jika gagal, pasar mungkin akan bergerak lebih rendah,” ia menambahkan.

Sementara itu, Chief Investment Strategist State Street Global Advisors, Michael Arone menuturkan, ada volatilitas tambahan di pasar hingga investo mencerna transisi ini. Di sisi lain, ekonomi harus berkembang, laba cukup bagus.

"Itu cukup menopang pasar, tetapi saya pikir mereka sedang menyesuaikan diri dengan perubahan kebijakan moneter, kebijakan fiskal, dan pendapatan,” kata dia.

Investor pada pekan ini akan hadapi sejumlah data ekonomi dan beberapa laporan laba dari nama-nama perusahaan teknologi antara lain Alphabet, Meta Platforms, Amazon dan lainnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya