2 Februari 1953: Hasil Poligraf, Alat Uji Kebohongan Perdana Jadi Bukti di Pengadilan

Berikut ini perjalanan kisah bagaimana poligraf, hasil alat uji kebohongan diterima di pengadilan untuk menghukum seseorang.

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 02 Feb 2022, 06:00 WIB
Ilustrasi poligraf, alat uji kebohongan. (Pixabay)

Liputan6.com, California - Sejarah hari ini mencatat bahwa untuk pertama kalinya hasil tes mesin poligraf, alat uji kebohongan, digunakan sebagai bukti yang dapat diterima di pengadilan.

Berikut ini perjalanan kisahnya, dikutip dari situs Famous Daily:

Alkisah dibutuhkan jenis orang khusus untuk berbohong dengan hati nurani yang bersih. Sebab sebagian besar dari kita, yang dibesarkan dengan perintah keras untuk melawan kebohongan, sadar bahwa ketika kita berbohong, kita melanggar kepercayaan yang tersirat. Lebih dari sekadar merasakannya, saat berbohong kita bereaksi secara fisiologis: pupil melebar, detak jantung bisa meningkat, keringat bisa keluar.

Jenis reaksi tersebut yang dirancang untuk diukur oleh mesin poligraf – pendeteksi kebohongan.

Mesin titu dibuat oleh seorang peneliti medis dan seorang polisi di Berkeley, California, AS. Kemudian disempurnakan oleh alumni Berkeley lainnya, Leonarde Keeler, yang pertama kali menerapkannya pada pemecahan kejahatan.

Pada hari ini, 2 Februari 1935, hasil tes poligraf Keeler digunakan dalam persidangan pidana, menandai pertama kalinya penemuan itu digunakan sebagai bukti yang dapat diterima. Dua pria di Wisconsin gagal lulus poligraf, yang akhirnya membuat mereka dihukum. 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Hasilnya Masih Diperdebatkan

Ilustrasi palu hakim pengadilan. (Sumber Pixabay)

Terlepas dari prinsipnya penggunaan dasarnya, keakuratan poligraf sejatinya masih diperdebatkan. Sebab saat mengukur respons fisiologis, siapa pun yang dapat memberi respons sesuai akan dengan mudah lulus tes alat kebohongan tersebut.

Hal itulah yang terjadi dengan mata-mata Soviet yang terkenal Aldrich Ames: dia lulus dua tes poligraf sambil juga menyampaikan rahasia kepada Rusia.

Ketika dia akhirnya tertangkap dan ditanya bagaimana dia bisa lulus tes poligraf, dia menjawab bahwa dia hanya mengikuti saran dari pengawasnya untuk "Tidur yang nyenyak, dan istirahat, dan menjalani tes dengan istirahat dan santai. Bersikap baiklah kepada pemeriksa poligraf, kembangkan hubungan baik, dan bersikap kooperatif dan cobalah untuk tetap tenang."


Infografis Tradisi Tahun Baru Imlek

Tradisi-tradisi saat perayaan Tahun Baru Imlek (dok.Liputan6.com/Trie Yasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya