Kentrung Demak, Seni Bertutur yang Hampir Punah

Kentrung Demak merupakan salah satu kesenian yang berasal dari daerah Demak, Jawa Tengah.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 03 Feb 2022, 17:00 WIB
Memasuki bagian dalam, terdapat makam raja-raja kesultanan Demak, Raden Patah dan Pati Unus (Liputan6.com/Isna Setyanova)

Liputan6.com, Demak - Kentrung Demak merupakan salah satu kesenian yang berasal dari daerah Demak, Jawa Tengah. Puluhan tahun silam, Kentrung Demak menjadi hiburan rakyat yang paling ditunggu-tunggu oleh masyarakat.

Seni bertutur dengan iringan alat musik pukul ini konon dihargai cukup tinggi ketika ada yang menanggapnya. Dikutip dari berbagai sumber, dalam pertunjukannya, kentrung biasanya dimainkan oleh beberapa orang tergantung banyaknya alat musik yang dipakai.

Kentrung berasal dari kata “njluntrung” yang artinya keliling. Nama ini muncul karena zaman dahulu para seniman kentrung kerap berkeliling dari satu desa ke desa lain untuk mementaskan seni kentrung.

Kisah yang ditampilkan dalam seni Kentrung Demak memiliki nilai islami dengan pemakaian bahasa Jawa Kawi atau krama alus. Beberapa tembang Jawa atau Macapat yang kerap dipakai untuk mengiringi seni ini antara lain Dhandanggula, Pangkur, Sinom, dan Gambuh.

Di daerah Demak, seni kentrung hanya dimainkan oleh satu orang saja yang berperan sebagai dalang merangkap pemusik. Alat musik yang dipakai kerap disebut dengan terbang yang terdiri dari keteplak, ketipung dan gendang.

Terbang atau alat musik dalam seni kentrung dimainkan untuk menjadi penghubung antar kalimat juga berfungsi agar pertunjukan kentrung lebih atraktif. Sebuah pertunjukan Kentrung Demak akan berlangsung lama, sekitar selama 2 hingga 4 jam.

Embah Samsuri, salah seorang seniman kentrung yang tersisa di Demak saat ini. Dengan usianya yang semakin senja dan tidak adanya penerus kesenian Kentrung Demak terancam punah.

(Tifani)

Saksikan video pilihan berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya