Liputan6.com, Jakarta - Awal Februari yang bertepatan dengan tahun baru Imlek yang memasuki tahun Macan Air, harga Bitcoin serta kripto teratas lainnya sempat menunjukkan grafik hijau atau menguat.
Bahkan berdasarkan data dari Coinmarketcap, Rabu (2/2/2022), mayoritas kripto jajaran 10 teratas masih bertahan dengan penguatan yang signifikan dalam kurun waktu 24 jam terakhir hingga sepekan terakhir.
Advertisement
Lantas bagaimana potensi atau prospek cryptocurrency memasuki tahun macan air ini?
Menurut Konsultan Feng Shui Indonesia, Angelina Fang menuturkan, pada tahun macan air, banyak orang lebih banyak bersikap impulsif dan sangat berspekulatif. Melihat kondisi itu, tren investasi seperti cryptocurrency dan saham akan meningkat.
Meskipun begitu, Angelina menuturkan, dirinya tidak bisa menyarankan untuk berinvestasi kripto di tahun macan air.
"Kalau cryptocurrency saya nggak bisa menyarankan yah, karena cryptocurrency ini tidak ada underlying asset,” kata Angelina dalam Podcast Liputan6.com, Rabu (2/2/2022).
"Kalau saham kita tahu kepemilikan perusahaan, tapi cryptocurrency tidak ada kepemilikannya," lanjut Angelina.
Walaupun begitu, menurut Angelina untuk Bitcoin sendiri memiliki hoki yang cukup bagus di tahun macan air ini. Namun, pada tahun macan air, Bitcoin akan sangat fluktuatif.
Angelina menyarankan untuk masing-masing individu mengetahui atau menyesuaikan profil risiko yang cocok dengan dirinya dalam menentukan aset investasi. Karena menurut dia, cryptocurrency ini memiliki risiko yang tinggi.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
MicroStrategy Rugi dalam Kepemilikan Bitcoin
Sebelumnya, perusahaan Amerika yang menyediakan intelijen bisnis, perangkat lunak seluler, dan layanan berbasis cloud serta pemilik Bitcoin terbesar, MicroStrategy, melaporkan biaya penurunan nilai aset digital non-tunai sebesar USD 146,6 juta atau sekitar Rp 2,1 triliun pada kuartal keempat 2021.
Dilansir dari CoinDesk, Rabu, 2 Februari 2022, biaya tersebut naik dari USD 65,2 juta pada kuartal sebelumnya, menurut pernyataan pendapatan perusahaan terbaru. Penurunan nilai tersebut mencerminkan penurunan harga Bitcoin dengan harga saat Bitcoin diperoleh.
Berdasarkan aturan akuntansi standar, nilai aset digital seperti cryptocurrency harus dicatat biayanya dan kemudian disesuaikan jika nilainya terganggu atau turun. Namun, jika harga naik, itu tidak akan tercermin sampai aset dijual.
Pada 2021, MicroStrategy membukukan total kerugian penurunan nilai aset digital sebesar USD 831 juta, dibandingkan pada 2020 yang hanya sebesar USD 71 juta.
Sebanyak 124.391 Bitcoin perusahaan yang disimpan pada akhir 31 Desember 2021, dibeli seharga USD 3,752 miliar, itu menunjukkan biaya rata-rata per Bitcoin sekitar USD 30.159, menurut laporan perusahaan.
Meskipun mengalami kerugian, MicroStrategy melaporkan pada Selasa pagi waktu setempat bahwa mereka membeli sekitar 660 bitcoin tambahan seharga sekitar USD 25 juta antara 30 Desember 2021 dan 31 Januari 2022.
Dengan demikian MicroSrategy memiliki total 125.051 bitcoin, senilai sekitar USD 4,8 miliar dengan harga Bitcoin saat ini sekitar USD 38.700.
Pada panggilan pendapatan perusahaan, Selasa waktu setempat, CFO MicroStrategy Phong Le mengatakan perusahaan mengharapkan biaya penurunan nilai tambahan yang signifikan selama kuartal pertama 2022 mengingat tingginya volatilitas Bitcoin.
Le menambahkan bahwa MicroStrategy sedang bekerja dengan perusahaan lain dan berbagai agensi untuk menentukan kerangka kerja akuntansi yang lebih tepat untuk aset digital.
Le juga mengatakan neraca MicroStrategy dapat mengatasi hambatan apapun karena tidak ada utang yang jatuh tempo hingga Desember 2025.
Sejak laporan pendapatan perusahaan, saham MicroStrategy turun sekitar 1 persen dalam perdagangan setelah jam kerja. Saham MicroStrategy juga telah jatuh sekitar 33 persen selama bulan lalu.
Advertisement