Liputan6.com, Jakarta - PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) atau BRI membukukan laba Rp 32,22 triliun sepanjang 2021. Angka laba BRI ini tumbuh 75,57 persen jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Direktur Utama Bank Rakyat Indonesia Sunarso mengatakan, perolehan laba BRI tersebut hanya memperhitungkan perolehan BRI saja sebagai induk.
“Di sepanjang 2021 BRI berhasil mencetak laba bersih secara bank only ataupun BRI sebagai induk saja sebesar Rp 32,22 triliun atau tumbuh 75,53 persen secara year on year,” kata Sunarso saat paparan Laporan Kinerja Keuangan BRI triwulan IV 2021, Kamis (3/2/2022).
Adapun penopang utama pertumbuhan laba BRI itu ada pada kinerja kredit, dan juga penghimpunan Dana masyarakat yaitu dana pihak ketiga, yang tumbuh secara positif disertai penurunan biaya bunga yang signifikan.
“Di saat bersamaan perseroan juga mampu mengelola portofolio mix serta kualitas aset sehingga dapat meningkatkan yield daripada itu sendiri,” ujarnya.
Perolehan laba sebesar Rp 32,22 triliun ini membuktikan bahwa perseroan dapat terus menciptakan economic value kepada seluruh stakeholder di tengah kondisi yang sangat menantang saat ini.
Kredit
Dilihat dari sisi aset yang berupa kredit, sampai akhir Desember 2021 kredit yang disalurkan oleh BRI Bank only yaitu itu tumbuh 7,16 persen secara tahunan. Angka ini lebih tinggi dibandingkan dengan kredit secara perbankan nasional, karena perbankan nasional tumbuh 5,24 persen, sedangkan BRI tumbuh 7,16 persen.
“Dan seluruh segmen nasabah BRI itu kreditnya tumbuh secara positif Terutama drivernya ada lagi yang di kredit segmen mikro. karena segmen mikro kita tumbuh tertinggi yaitu tumbuh 12,98 persen yoy,” ujarnya.
Sementara, segmen consumer tumbuh 3,97 persen, kemudian segmen UKM usaha kecil dan menengah di luar mikro itu tumbuh 3,55 persen, sedangkan korporasi tumbuh 2,37 persen dan ini sudah sesuai dengan aspirasi BRI untuk lebih fokus kepada UMKM.
“Kemudian kredit-kredit itu kita kelola dengan basis risk manajemen yang baik, sehingga BRI mampu menjaga dengan baik itu tercermin pada angka non Performing loan NPL yang terjaga di level 3,08 persen,” jelasnya.
Baca Juga
Advertisement
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
NPL
Tentu dengan NPL coverage yang lebih dari sekedar memadai, di mana NPL coverage BRI mencapai 278,14 persen. Disisi lain, kualitas kredit BRI juga diikuti dengan kondisi restrukturisasi kredit yang saat ini sudah menunjukkan kecenderungan untuk terus melandai.
“Hingga akhir tahun 2021 kredit yang BRI restrukturisasi sudah menurun jauh jika dibandingkan dengan akumulasi kredit yang direstrukturisasi itu tertingginya mencapai Rp 245,22 triliun tertingginya dan alhamdulillah di akhir tahun 2021 kredit yang direstrukturisasi yang statusnya masih tinggal Rp 156,93 triliun,” ucapnya.
Artinya selisih antara Rp 245 triliun dikurangi Rp 156 triliun, nasabah ada yang kreditnya lunas, ada yang lancar kembali dan dilanjutkan, tapi ada yang memang benar-benar jatuh tidak bisa diselamatkan.
“Dan itu angkanya tidak lebih dari 5 persen yang belum atau tidak bisa diselamatkan,” pungkas Sunarso.
Advertisement