Liputan6.com, Surabaya - Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi kembali memberlakukan Pembelajaran tatap muka (PTM) 50 persen menyusul angka kasus COVID-19 yang melonjak.
"Biasanya kan ada dua shift 100 persen, mulai saat ini saya hentikan dulu. Mekanismenya, sehari masuk, sehari tidak, hanya ada satu shift 50 persen," katanya, Kamis (3/2/2022), dikutip dari Antara
Advertisement
Menurut Eri Cahyadi, kebijakan ini diambil menyusul jumlah kasus aktif yang tercatat di dalam data laman lawancovid-19.surabaya.go.id per tanggal 2 Februari 2022, pukul 15.00 WIB total ada 587 orang. Jumlah itu, menurut Eri akan terus merangkak naik, jika tidak dilakukan mitigasi secepat mungkin.
Untuk saat ini, lanjut dia, Surabaya masih berada di angka 16,4 persen jumlah kasus positifnya. Jika menginjak angka 20 persen per 100 ribu penduduk, maka bisa jadi daerah atau kota tersebut meningkat menjadi Level 2. Kota Surabaya berstatus Level 1, artinya masih di bawah 20 persen.
Tracing dan Testing Masif
Eri sebelumnya juga meminta Dinas Kesehatan Kota Surabaya memasifkan tracing dan testing guna mengantisipasi lonjakan kasus COVID-19 khususnya jenis varian Omicron di Surabaya.
"Apabila terjadi kenaikan, hal ini terjadi karena telah tracing secara masif untuk mencegah penyebaran COVID-19. Semakin banyak tidak apa-apa, nanti diobati. Tapi kalau terlambat dan tidak melakukan tracing tepat dan testing yang cepat, maka ini akan menjadi bom waktu," katanya.
Belajar dari pengalaman sebelumnya, Eri tidak ingin bila terjadi lonjakan kasus COVID-19, khususnya saat varian Delta masuk ke Kota Surabaya. Menurutnya, hal ini disebabkan oleh Kota Surabaya yang dinilai sebagai salah satu kota yang aman.
"Tidak ada swab hunter, swab massal, dan tidak ada testing yang massif, akhirnya meledak. Ini yang saya tidak mau, sekarang kami masifkan testing dan tracing, nanti baru setelah itu baru kami treatment," ujarnya.
Advertisement