Liputan6.com, Jakarta - Banggai adalah salah satu Daerah Tingkat II di Provinsi Sulawesi Tengah yang beribu kota di Luwuk. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 9.672,70 km persegi (data UU No 51/1999), dan berpenduduk sebanyak 376.808 jiwa (2019).
Kabupaten Banggai dulunya merupakan bekas Kerajaan Banggai yang meliputi wilayah Banggai daratan dan Banggai Kepulauan. Pada 1999, daerah itu dimekarkan menjadi Kabupaten Banggai dan Kabupaten Banggai Kepulauan.
Kabupaten Banggai merupakan salah satu kabupaten di Sulawesi Tengah yang punya potensi sumber daya alam yang melimpah. Ada hasil laut (ikan, udang, mutiara, rumput laut dan sebagainya), aneka hasil bumi (kopra, sawit, coklat, beras, kacang mente dan lainnya), serta hasil pertambangan (nikel yang sedang dalam taraf eksplorasi) dan gas (Blok Matindok dan Senoro).
Tentu bukan itu saja hal-hal menarik dari Banggai. Berikut enam fakta menarik seputar Kabupaten Banggai yang dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber.
Baca Juga
Advertisement
1. Adat Istiadat
Kabupaten Banggai masih memegang adat-istiadat leluhur dari suku Loinang (Saluan), Lo'on (Balantak dan Andio), serta Lobo (Banggai, Peling dan Labobo). Daerah ini juga masih mempertahakan nama-nama yang dipakai dalam pemerintahan zaman dulu, yaitu Tomundo untuk penyebutan setingkat Bupati, kemudian ada pembantu dengan nama "kapitan laut" dan "mayor ngopa", lalu ada yang dinamakan "sangaji" atau "bosanyo", "kapitan" untuk setingkat camat, dan "tonggon" untuk setingkat kepala desa.
Kepala desa atau yang biasa disebut tonggon dibantu oleh seorang juru tulis setingkat sekretaris desa, lalu ada kepala jaga. Di Pagimana ada tiga kapitan, yaitu Kapitan Lambangan, Kapitan Bualemo dan Kapitan Lingketeng. Sementara, di wilayah Bunta ada dua kapitan yaitu Kapitan Duhian dan Kapitan Bugis Mangantjo. Terakhir di wilayah Lamala ada Kapitan Lasompoh.
2. Banggai Cardinal Fish
Salah satu jenis ikan di perairan Indonesia yang banyak diminati dan mendapatkan permintaan pasar internasional adalah Banggai Cardinal Fish atau ikan capungan banggai atau capungan. Sesuai namanya, ikan capungan ini adalah biota laut endemik di perairan laut Banggai, Sulawesi Tengah dan awalnya tidak ditemukan di tempat lain di dunia.
Ikan bernama latin Pterapogon kauderni ini merupakan ikan hias yang banyak diminati para penyuka akuarium laut, baik dari dalam maupun luar negeri, karena bentuk tubuhnya yang kecil, unik, dan eksotik. Dengan semaraknya penjualan ikan hias, capungan sekarang juga bisa dijumpai di beberapa daerah lain di Indonesia tapi semua tetap berasal dari Banggai.
Pemerintah Kabupaten Banggai bahkan membuat tugu Banggai Cardinal Fish di pusat keramaian Kota Luwuk. Hal itu sebagai upaya mengingatkan kembali untuk menjaga kelestarian ikan ini.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
3. Cagar Alam Salodik
Cagar Alam Salodik memiliki panorama alam yang indah, terletak 27 kilometer dari kota Luwuk. Lokasinya bisa ditempuh dengan kendaraan roda empat selama 40 menit dari Kota Luwuk. Daya tarik utama Cagar Alam Salodik berupa air terjun bersusun-susun yang dinamakan Air Terjun Salodik.
Air Terjun Salodik dijuluki sepotong surga di ujung kota, karena keindahannya yang mengagumkan. Aliran airnya sangat lembut. Di beberapa titik, airnya berwarna kehijauan dikarenakan dasarnya berisi tanah liat.
Selain air terjun, objek yang berada pada ketinggian 600 meter di atas permukaan laut ini memiliki hutan yang lebat. Kicauan burung dari balik dedaunan yang rimbun seakan menyapa setiap pengunjung. Karena alamnya yang indah, Belanda pernah mendirikan pesanggrahan di lokasi ini. Puing-puing tempat peristirahatan bekas peninggalan Belanda tersebut masih ada sampai sekarang.
Di tempat ini juga ada beberapa hewan endemik. Salah satunya adalah Burung Maleo. Pada 2013 lalu, tempat ini menjadi lokasi pagelaran upacara adat Tumpe, yaitu penyerahan 100 telur burung maleo kepada Raja Banggai.
4. Pantai Kilo Lima
Dinamai Pantai Kilo Lima karena lokasinya tidak jauh dari titik nol kilometer Kota Luwuk, yakni di kantor pos. Objek wisata ini ramai dikunjungi oleh masyarakat kota Luwuk karena letaknya dekat dari kota dengan deburan ombak yang relatif tenang. Deretan kios, kafe serta warung makan menjadi pemandangan khas.
Bersampan, berenang, ski atau selancar merupakan atraksi yang dapat dilakukan di pantai Kilo Lima. Usai atraksi pengunjung dapat melepas kepenatan sembari menikmati makanan khas seperti nasi goreng, pisang goreng atau minuman segar.
Advertisement
5. Kuliner khas Banggai
Banggai punya banyak kuliner yang mampu memanjakan lidah. Ada Salanggar, yaitu buah pisang yang diolah dengan santan dan digoreng hingga matang. Perpaduan manis dari buah pisang dan gurihnya santan membuat salanggar disukai oleh banyak orang.
Ada Nasi Jaha yang terbuat dari beras ketan dan dibungkus menggunakan daun pisang. Nasi itu dimasak dengan cara dibakar di atas bara api. Dimakan langsung atau bersama lauk, cita rasa nasi jaha sama nikmatnya.
Lalu ada Pisang Lowe yaitu pisang goreng dipotong kecil-kecil yang disajikan bersama sambal terasi. Cita rasanya pun sangat unik, yaitu perpaduan antara rasa manis dan pedas yang dijamin akan membuat siapa saja ketagihan.
Ada juga Onyop, yaitu papeda-nya Sulawesi Tengah. Jika papeda disajikan bersama kuah kuning, onyop disajikan bersama kuah asam ikan. Selain itu ada Milu Siram, bahan dasar makanan ini adalah jagung yang dicampur dengan udang atau ikan tuna, daging kelapa muda, terung, jeruk nipis, dan daun kemangi. Milu Siram akan semakin nikmat kalau disantap dengan perkedel dan keripik.
6. Danau Tendetung
Kabupaten Banggai juga memiliki Danau Tendetung atau Danau Musiman sebagai destinasi wisata. Danau ini termasuk unik, karena pada bulan-bulan tertentu airnya akan kering akibat musim kemarau dan sewaktu-waktu akan penuh dengan air saat musim penghujan.
Musim kemarau atau kering biasanya terjadi pada Mei sampai November. Saat itu, masyarakat sekitar memanfaatkan kawasan tersebut dengan berladang, beternak, maupun menanam berbagai macam tumbuhan. Mereka biasanya menanam kacang-kacangan dan bahkan ada yang menggembalakan sapinya karena danau tersebut juga ditumbuhi rumput dan pepohonan.
Sementara, musim penghujan mulai November hingga April airnya begitu melimpah. Di musim penghujan, ketinggian air di danau seluas hingga 70 hektare ini bisa mencapai enam sampai tujuh meter. Saat itulah danau menjadi habitat berbagai ikan.
4 Unsur Wisata Ramah Lingkungan atau Berkelanjutan
Advertisement