Liputan6.com, Jakarta - Pakar Kenetralan Mental (P.Kn.M), Coach Rheo, menyoroti pengakuan pesinetron Aliando Syarief yang menderita gangguan mental OCD (Obsessive Complusive Disorder).
Menurut Coach Rheo, gangguan mental bisa dialami siapa saja, dan kapan saja. Namun intensitas, kadar dan jenisnya berbeda-beda. Sosok Aliando Syarief yang popularitasnya sempat melejit sebagai aktor sinetron, kemudian tiba-tiba meredup, mungkin saja dapat menjadi salah satu pemicu.
Gangguan mental, kata Coach Rheo, memang riskan dialami artis. Apalagi seperti Aliando sebagai superstar dan dielu-elukan banyak orang. Tiba-tiba namanya redup dan orang mulai banyak melupakan.
Baca Juga
Advertisement
Segera Diobati
Coach Rheo menyarankan agar Aliando segera diobati oleh ahlinya. Coach Rheo mengaku siap membantu memulihkan kondisi mental Aliando jika diminta. “Tidak harus ke saya. Tapi jika diminta menangani Aliando saya siap,” ujar Coach Rheo kepada wartawan di Jakarta, Jumat (4/2/2022).
Advertisement
Metode Khusus
Coach Rheo mengaku menyiapkan metode khusus untuk mempercepat proses pemulihan gangguan mental yang dialami oleh bintang sinetron Ganteng Ganteng Serigala.
“Kita urai dulu penyebabnya. Kalau sudah tahu penyebabnya, baru kita buang satu-satu penyebabnya. Kita netralkan gangguan mentalnya, mudah-mudahan bisa sembuh,” kata Choach Rheo optimis.
Metode DOA-TRTO
Coach Rheo diketahui berhasil menciptakan sistem pendekatan baru yang disebutnya; DOA-TRTO (Divine Oracular Assistance - Tension Releasing Therapy Online). Sistem ini terbukti berhasil membantu mengatasi trauma dan stress dalam waktu relatif cepat. Tidak seperti proses pemulihan pada umumnya yang membutuhkan waktu lama.
“Banyak orang menghabiskan waktu panjang melewati beban mental berat. Habis uang, habis waktu, dan habis kesabaran. Belum lagi gangguan kesehatan yang disebabkan ketergantungan pada obat-obatan,” ujarnya prihatin.
Advertisement
Membuang Beban Emosi
Dengan sistem DOA-TRTO, disebutkan Coach Rheo, beban psikologi bisa dinetralkan dengan membuang beban emosi keluar dari tubuh.
“Sehingga pasien tidak perlu seumur hidup melayani persoalan beban emosi,” ujar terapis yang mendapat pengakuan sebagai Certified Trainer Kerangka Kualifikasi Nasional (KKNI) Level 6 Badan Nasional Sertifikasi Profesi Republik Indonesia ini.