IDI: Kita Sudah Masuk Gelombang 3, tapi Belum Puncak

Kasus Covid-19 terus meningkat tajam. Pada 29 Januari 2022, kasus Covid-19 harian bertambah 11.588, kemudian sehari berikutnya menjadi 12.422. Sementara pada 3 Februari 2022 melonjak jadi 27.197 kasus Covid-19.

oleh Liputan6.com diperbarui 04 Feb 2022, 11:03 WIB
Pedagang kaki lima melintasi mural bertemakan Imbauan Protokol Kesehatan Covid-19 di kawasan Bukit Duri, Jakarta, Minggu (25/10/2020). Gubernur DKI Anies Baswedan kembali memperpanjang Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) masa transisi hingga 8 November 2020. (merdeka.com/Iqbal Nugroho)

Liputan6.com, Jakarta Ketua Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) terpilih, Adib Khumaidi menilai Indonesia sudah memasuki gelombang ketiga pandemi Covid-19. Kondisi ini seiring dengan merebaknya Covid-19 varian Omicron.

"Kita sudah masuk sebenarnya gelombang ketiga," kata Adib, Jumat (4/2/2022).

Ada sejumlah indikator yang menunjukkan Indonesia sudah berada pada fase gelombang ketiga. Di antaranya, positivity rate Covid-19 terus meningkat.

"Progresivitas kenaikan positivity rate yang di awal kemarin itu sekitar 16 persen, tiba-tiba dalam satu minggu meningkat 24 persen, bahkan terakhir kalau tidak salah kemarin 33 persen positivity rate," jelasnya.

Selain itu, kasus Covid-19 terus meningkat tajam. Pada 29 Januari 2022, kasus Covid-19 harian bertambah 11.588, kemudian sehari berikutnya menjadi 12.422. Sementara pada 3 Februari 2022 melonjak jadi 27.197 kasus Covid-19.

Di saat bersamaan, keterisian tempat tidur atau bed occupancy rate (BOR) di rumah sakit rujukan Covid-19 meningkat signifikan.

"Keterisian tempat tidur dengan BOR untuk ruang isolasi 60 persen, ruang ICU naik sekitar 50 persen," ujarnya.

"Itu bisa dikatakan kita sudah masuk ke gelombang ketiga. Tapi belum puncak, ini belum puncaknya," imbuhnya.

Sebelumnya, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan kemungkinan Indonesia menghadapi puncak gelombang ketiga pandemi pada akhir Februari 2022. Saat ini, penularan Covid-19 di Indonesia didominasi varian Omicron.

Budi menyebut, penularan Omicron sangat tinggi dibandingkan Delta. Hal ini akan berdampak pada jumlah kasus harian Covid-19 pada puncak gelombang ketiga jauh lebih tinggi daripada gelombang kedua.

Dia membandingkan dengan kondisi sejumlah negara di dunia yang sudah dan sedang menghadapi gelombang Omicron. Amerika Serikat misalnya, kasus Covid-19 harian mencapai 800.000 saat gelombang Omicron. Sedangkan saat gelombang Delta hanya 250.000 per hari.

Kemudian Prancis, kasus Covid-19 harian mencapai 360.000 pada puncak gelombang Omicron. Sementara saat Delta hanya 60.000 per hari.

 


Tetap Terapkan Protokoler Kesehatan

Brasil mencatat 190.000 kasus per hari pada puncak gelombang Omicron. Sedangkan saat gelombang Delta sebanyak 80.000 per hari. Berikutnya India, kini mencatat 310.000 per hari dibandingkan Delta 380.000. Jepang kini melaporkan 65.000 kasus Covid-19 per hari, sedangkan saat Delta 25.000 per hari.

"Indonesia pasti akan mengalami ini. Jadi kalau puncaknya kita dulu pernah 57.000 per hari, kita mesti siap-siap, hati-hati dan waspada. Tidak perlu kaget, kalau melihat di negara-negara lain itu bisa 2 kali, 3 kali di atas puncak Delta," katanya dalam konferensi pers yang disiarkan melalui YouTube Sekretariat Presiden, Senin, 31 Januari 2022.

Budi mengaku belum tahu berapa kasus Covid-19 harian di Indonesia saat puncak gelombang ketiga.

"Tadi kami sampaikan bahwa di negara-negara lain bisa 3 kali sampai 6 kali dibandingkan puncaknya Delta," ujarnya.

Mantan Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ini mengimbau masyarakat tetap waspada di tengah merebaknya Omicron. Jika tidak ada kebutuhan mendesak, masyarakat diminta tetap berada di rumah.

"Kalau tidak perlu sekali berkerumun atau mobilitas, ya kita kurangi. Karena nanti dampaknya akan mudah tertular dan menularkan kepada orang lain," katanya mengakhiri.

 

Reporter: Titin Supriatin

Sumber: Merdeka.com

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya