Liputan6.com, Surabaya - Gubernur Jawa Timur (Jatim) Khofifah Indar Parawansa menyiapkan sejumlah jurus menghadapi gelombang ketiga Covid-19 di Jatim.
Berdasarkan data Kemenkes RI per 3 Februari 2022, Jatim tercatat ada 1.394 kasus Covid-19 baru.
Advertisement
Khofifah menerangkan, langkah sigap tersebut dilakukan dengan upaya preventif atas lonjakan kasus yang biasa terjadi usai libur panjang.
"Seperti pola sebelumnya, bahwa akan terjadi lonjakan kasus pasca libur panjang. Kita sudah siapkan rencana sejak November lalu. Sehingga lonjakan kasus diharapkan bisa terantisipasi," ungkapnya, Jumat (4/2/2022).
Adapun langkah antisipatif dan preventif tersebut disiapkan secara matang antara lain dengan melakukan optimalisasi Tracing, Testing dan Treatment (3T), penerapan 5M dan percepatan vaksinasi.
"Alhamdulillah meski secara nasional kasus merangkak naik, situasi di Jatim meski mengalami kenaikan tetapi masih terkendali dan indikator penanganan pandemi masih sesuai standar WHO," jelas Khofifah.
Sementara berdasarkan data Satgas Penanganan Covid-19 Jatim per 3 Februari 2022, Khofifah memaparkan, kapasitas testing di Jatim mencapai empat kali standar WHO yakni 160-180 ribu tes PCR per minggunya. Dengan testing yang memadai, prosentase positivity rate di Jatim tercatat 1,72 persen.
"Positivity rate tersebut masih sesuai dengan standar WHO yakni dibawah lima persen. Sementara kita tahu saat ini positivity rate nasional adalah 8,95 persen," tuturnya
Lebih lanjut, persentase tracing dari kasus positif di Jatim pun masih dalam kondisi memadai yakni 15,64. Hal tersebut masih sesuai standar yang ditetapkan Kemenkes yakni 15 orang per 1 kasus. Sedang jika dibandingkan dengan tracing ratio nasional saat ini berada di angka 8,92 persen.
Tidak Usah Panik
Hal yang sama juga terjadi dalam persentase Bed Occupancy Rate (BOR) di Jatim yang masih dalam kategori aman, meski penambahan kasus juga terjadi. Tercatat saat ini BOR Isolasi di Jatim masih berada dalam angka 4,31 persen per minggunya. Sedangkan BOR mingguan nasional sudah merangkak naik di angka 13,85 persen.
"Tentunya terkendalinya indikator epidemiologi ini berkat pengalaman sebelumnya dari Jatim dan kolaborasi yang baik dari seluruh elemen masyarakat," ungkapnya
Pada kesempatan yang sama, Khofifah berharap terjadinya gelombang omicron yang juga dialami oleh negara-negata besar lainnya tidak membuat masyarakat kaget dan panik.
"Di negara besar lain gelombang Omicron ini terjadi selama 1-2 bulan. Kita tidak boleh panik dengan terjadinya kenaikan kasus. Tapi kita harus bersama-sama (sinergi) dan fokus pada penguatan prokes dan vaksinasi. InsyaAllah kita bisa bisa mencegah kenaikan kasus dan mencegah jatuhnya korban akibat Covid-19" ujarnya.
Advertisement