Saham Facebook Merosot 26 Persen Guncang Sektor Teknologi Global

Anjloknya saham Meta Facebook berefek domino terhadap sektor teknologi. Imbasnya menyeret Indeks Nasdaq Composite ke level lebih rendah.

oleh Liputan6.com diperbarui 04 Feb 2022, 14:36 WIB
Facebook meluncurkan tanda Meta baru mereka di kantor pusat perusahaan di Menlo Park, California, Kamis, 28 Oktober 2021. Facebook Inc. yang diperangi mengubah namanya menjadi Meta Platforms Inc., atau Meta, untuk mencerminkan apa yang CEO Mark Zuckerberg mengatakan komitmennya untuk mengembangkan t

Liputan6.com, Jakarta - Saham induk usaha Facebook Meta Platforms Inc merosot 26 persen pada perdagangan Kamis, 3 Februari 2022 waktu setempat sekaligus menjadi penyusutan terbesar di antara perusahaan Amerika Serikat (AS), terjadi usai platform raksasa media sosial melaporkan perkiraan suram imbas perubahan privasi Apple dan pasar kian kompetitif.

Penurunan besar ini menyebabkan induk Facebook harus kehilangan kapitalisasi pasar saham lebih dari USD 200 miliar atau sekitar Rp 2.874 triliun (asumsi kurs Rp 14.379 per dolar AS). Artinya CEO Meta Mark Zuckerberg harus melepas sebanyak USD 29 miliar atau sekitar Rp 416,84 triliun kekayaan bersihnya.

Anjloknya saham Meta Facebook berefek domino terhadap sektor teknologi. Imbasnya menyeret Indeks Nasdaq Composite ke level lebih rendah.

Menurut analis Reuters dari data Refinitiv, kondisi ini menjadi penurunan terbesar nilai pasar untuk perusahaan-perusahaan AS yang go public. Lantas menjadi kerugian paling tinggi dalam satu hari sejak perusahaan debut di Wall Street pada 2012.

"CEO Meta Mark Zuckerberg mungkin ingin membujuk dunia menjadi realitas alternatif. Sayangnya hasil kuartal IV yang mengecewakan dengan cepat memecahkan gelembung metaverse-nya," ujar analis ekuitas di Hargreaves Lansdown Laura Hoy, mengutip laman Channel News Asia, Jumat (4/2/2022).

Perusahaan-perusahaan besar yang berfokus pada teknologi AS berada di bawah tekanan yang meningkat pada 2022. Hal ini karena investor mengharapkan pengetatan kebijakan hasil kebijakan Federal Reserve AS untuk mengikis valuasi industri yang kaya setelah bertahun-tahun suku bunga sangat rendah.

Indeks Nasdaq Composite yang mayoritas diisi oleh saham teknologi dan saham pertumbuhan lainnya, turun lebih dari 9 persen pada Januari. Terjadi pula penurunan bulanan terburuk sejak jatuhnya pasar imbas kembali memburuknya pandemi COVID-19 pada Maret 2020.

"Penurunan prospek pendapatan oleh Meta dan perusahaan lain mengejutkan pasar. Aksi jual teknologi meluas ke pasar ekuitas yang lebih luas pada Jumat pagi (4/2/2022). The Fed pun bersiap untuk menaikkan suku bunga, pelaku pasar akan melihat lebih banyak volatilitas ke depan," kata ahli strategi di Societe Generale di London Kenneth Broux.

Setelah pasar ditutup, platform media sosial Pinterest dan Snap memposting laporan triwulanan yang kuat yang membuat saham masing-masing melonjak 17 persen dan 52 persen.

Torehan ini sukses membalikkan kerugian dari hari sebelumnya. Laporan dua media sosial juga membuat Twitter meningkat 8 persen sertta mengangkat posisi Meta pulih 1 persen.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Sebaran Investor

Facebook baru saja mengumumkan perubahan nama menjadi Meta. (Foto: Facebook)

Meta adalah saham yang dipegang secara luas oleh berbagai kelompok investor, termasuk hedge fund. Dengan begitu meninggalkan sejumlah dana yang berpotensi terekspos oleh penghapusan sahamnya.

Investor institusional lainnya juga memilik bagian yang cukup banyak. Para investor memilih saham Meta bahkan menjadi saham populer bagi investor ritel, tampaknya antusias membeli penurunan.

Beberapa manajer portofolio juga memiliki alasan kuat untuk merekomendasikan klien untuk menanamkan modalnya di sini.

Salah satu manajer portofolio di Laffer Tengler Investments David Jeffress mengatakan perusahaan ingin menambah kepemilikannya di Meta karena penurunan saham. Jeffress menunjuk pada jumlah yang kuat atau meningkat yang dilaporkan Meta untuk keterlibatan pengguna, iklan, dan pendapatan per pengguna.

"Hasilnya, diambil secara keseluruhan, baik-baik saja. Itu adalah panduan yang membuat orang takut. Menurut pandangan saya penuruan perdagangan sebagai reaksi berlebihan," kata Jeffress.

Penurunan saham itu juga merupakan keuntungan bagi investor yang bertaruh pada penurunan saham perusahaan. Penjual pendek di Meta siap untuk meningkatkan potensi keuntungan 2022 mereka menjadi lebih dari USD 2 miliar dengan penurunan pada hari Kamis, menurut S3 Partners.

Dengan perusahaan-perusahaan teknologi besar seperti Apple dan Microsoft menggelembungkan valuasi dalam beberapa tahun terakhir. Saham teknologi menjadi lebih rentan terhadap pukulan investor.

Seringkali mengakibatkan kerugian senilai puluhan miliar dolar dalam satu hari perdagangan. Apple kehilangan hampir USD 180 miliar pada 3 September 2020. Sementara Microsoft melepas USD 177 miliar pada 16 Maret di tahun yang sama.


Pengguna Facebook Merosot

Ilustrasi Facebook (Photo by Joshua Hoehne on Unsplash)

Meta mengumumkan penurunan pengguna aktif harian dari kuartal sebelumnya untuk pertama kalinya. Ini terjadi dipengaruhi kompetisi yang ketat dengan saingan seperti TikTok, platform berbagi video milik ByteDance China, memanas.

Kekecewaan atas pendapatan Meta dan kejatuhan saham berikutnya memunculkan kenangan akan gelembung teknologi yang meledak pada 2000. Investor tampaknya menjadi sangat selektif setelah memecahkan rekor sektor ini dalam beberapa bulan terakhir.

Menurut firma riset Vanda, pembelian dari investor ritel pada akhir 2020 dan awal 2021 difokuskan pada teknologi mahal, EV, dan apa yang disebut saham meme. Dalam seminggu terakhir, pembelian teknologi berkapitalisasi besar telah meroket sementara aset spekulatif hanya melihat sedikit permintaan.

Saham media sosial lainnya juga terpukul pada Kamis, 3 Februari 2022. Meliputi Twitter, Pinterest dan Spotify. Spotify telah dilanda serangkaian kesalahan informasi vaksinasi COVID-19 dan juga merilis hasil yang mengecewakan.

 

Reporter: Ayesha Puri

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya