Kasus Guru Pukul Murid di Surabaya Berakhir Damai

Kasus kekerasan yang dialami MR, siswa SMPN 49 Surabaya yang menjadi korban pemukulan guru JS berakhir damai.

oleh Dian Kurniawan diperbarui 05 Feb 2022, 20:21 WIB
Cuplikan video aksi guru memukul siswanya di SMP Surabaya (Dian Kurniawan/Liputan6.com)

Liputan6.com, Surabaya - Kasus kekerasan yang dialami MR, siswa SMPN 49 Surabaya yang menjadi korban pemukulan guru JS berakhir damai. Ini setelah orang tua korban, Ali Muhjayin mendatangi Polrestabes Surabaya untuk mencabut laporannya pada Jumat (4/2/2022) kemarin. Bahkan, guru dan keluarga korban pun sudah saling memaafkan dan bersepakat menghentikan kasus tersebut.

Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi menaruh perhatian khusus pada kasus tersebut. Bahkan, dia juga sempat mengunjungi sekolah dan rumah korban di Jalan Kutisari Utara Gang 3. Dia pun bersyukur, kasus ini berakhir damai dan dapat saling memaafkan antar keduanya.

"Alhamdulillah kemarin Pak Ali itu menyampaikan akan istikharah, waktu saya datang ke rumah beliau. Dan saya sampaikan, Pak Ali ini kan orangnya saleh, hidupnya penuh dengan agama, sehingga waktu itu beliau menyampaikan akan mencabut itu (laporan)," kata Wali Kota Eri Cahyadi, Sabtu (5/2/2022).

Wali Kota Eri menuturkan, bahwa sesama manusia itu memang harus saling memaafkan. Apalagi, manusia tidak bisa lepas dari salah. Bagi dia, hal ini pun telah ditunjukan oleh keluarga Ali Muhjayin dengan mencabut laporan ke Polrestabes Surabaya dan memaafkan guru tersebut.

"Saya matur nuwun sanget (terima kasih banyak), kita diberi contoh oleh Pak Ali bahwa warga Surabaya harus saling memaafkan. Kalau ada kekurangan dan kesalahan, bagaimana kita memperbaiki kesalahan itu agar menjadi lebih baik lagi," tuturnya.

Wali Kota Eri menilai, bahwa kasus ini menjadi bukti bahwa warga Kota Surabaya memiliki rasa empati dan gotong royong yang tinggi. Dia berharap, kejadian ini dapat menjadi pembelajaran dan contoh bagi warga. Baginya, ketika membangun Surabaya ini dilakukan oleh dengan hati seperti Ali Muhjayin, maka dia yakin Kota Pahlawan akan menjadi lebih hebat dari hari ini.

"Rasa empati, rasa gotong royong dan tepo seliro itu ditunjukkan betul di Kota Surabaya. Dan semoga ini bisa menjadi contoh bagi saya pribadi wali kota, secara umum juga kepada seluruh warga Surabaya," pesannya.

Lantas bagaimana dengan proses administrasi terhadap guru JS tersebut? Wali Kota Eri Cahyadi menyatakan, bahwa proses ini tetaplah berjalan dan tengah ditangani oleh Inspektorat Surabaya. Pihaknya pun bakal melakukan tes psikologi terhadap guru tersebut, sehingga muridnya dapat lebih nyaman.

"Fainsya Allah, ketika Pak Ali sudah mencabut laporan di polres, maka kami juga akan mempertimbangkan itu. Sehingga nanti ke depan gurunya juga diberikan kesempatan agar ini menjadi pembelajaran betul, maka tidak ada lagi kekerasan guru terhadap muridnya," terangnya.


Harus Tetap Sabar

Eri Cahyadi mendatangi rumah siswa korban kekerasan guru SMPN 49 Surabaya. (Istimewa)

Meskipun seorang guru itu marah kepada anak didiknya, Wali Kota Eri berharap, para tenaga pendidik harus tetap sabar dan mampu mengontrol emosinya. Karena, bagaimanapun guru adalah orang tua yang mendidik murid-murid menjadi pemimpin di masa yang akan datang.

"Kalau menciptakan pemimpin yang akan datang, maka mendidiknya harus penuh akhlakul karimah. Maka anak-anak didiknya akan menjadi pemimpin yang berakhlakul mulia nanti di kemudian hari," imbuhnya.

Di waktu terpisah, orang tua siswa Ali Muhjayin mengaku telah mencabut laporan polisi dan memaafkan guru tersebut. Karena sejak awal, dia hanya ingin memperjuangkan dunia pendidikan. Bukan hanya mengenai pendidikan anaknya, tetapi dalam arti luas untuk masa depan pendidikan Indonesia.

"Dalam artian saya ingin menjalankan kewajiban saya dari seorang ayah, itu mendidik anak saya dan menanamkan, ketika saya tidak bisa mengajarkan ilmu formal, saya tetap mengajarkan mereka budi pekerti, saling memaafkan dan berjiwa besar," kata Ali.

Apalagi, guru JS telah dianggapnya sebagai orang tua kedua yang telah mendidik anaknya di sekolah. Menurutnya, guru JS memiliki niat baik untuk mendidik anaknya. Hanya saja karena tersulut emosi, sehingga melakukan hal tersebut. "Pak JS tetap sebagai orang tua murid saya, tentu saja orang tua saya juga. Jadi saya mempunyai kewajiban untuk menjaga dan menghormati Pak JS," tuturnya.

Tak lupa, Ali juga mengucapkan terima kasih kepada Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi, yang sejak awal telah memberi atensi khusus terhadap keluarganya. "Kami sebagai warganya, kami sebagai anaknya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas perhatian dan atensi yang luar biasa dari beliau. Ini luar biasa sekali bagi keluarga kami," ujarnya.


Infografis

Infografis perguruan tinggi terpapar radikalisme (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya