Liputan6.com, Mamuju - Pimpinan pondok pesantren yang diduga melakukan pencabulan terhadap tujuh orang santrinya di Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat mengaku miliki kelainan seksual. Hasrat seksual atau libido pelaku AR (47) akan meningkat ketika melihat santrinya.
"Motif pelaku, Ia mengaku susah mengendalikan hawa nafsunya atau hiperseksual," kata Kasatreskrim Polresta Mamuju, AKP Pandu Arif Setiawan, Minggu (06/02/2022).
Pandu menambahkan, saat melakukan pencabulan pelaku menggesekkan alat kelaminnya sembari meraba tubuh korban dan menciumnya. Aksi pencabulan terhadap santri yang berusia 16 hingga 18 tahun itu dilakukan pelaku di lingkungan pondok pesantren dan rumahnya.
Baca Juga
Advertisement
"Untuk di rumah pelaku, Ia memanggil korban ke rumahnya saat anak dan istrinya tertidur atau tidak berada di rumah dengan alasan membantunya membersihkan rumah," jelas Pandu.
"Jadi saat korban sudah berada di rumah disitulah pelaku menjalakan aksinya pencabulannya," tambah Pandu.
Pandu juga mengungkapkan, pelaku pencabulan merupakan Aparatur Sipil Negara (ASN) yang bekerja di lingkup Kantor Kementerian Agama Kabupaten Mamuju. Selain itu, pelaku juga seorang tokoh agama atau ustaz.
"Saat ini korban dan pelaku masih dalam proses pemeriksaan. Kita juga masih dalam pengembangan jumlah korban. Nanti kalau sudah fix semua direlease lagi," tutup Pandu.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.