Liputan6.com, Jakarta - Sekretaris Kabinet (Seskab) Pramono Anung blak-blakan cerita soal bagaimana kerja Presiden Joko Widodo atau Jokowi. Menurut dia, Jokowi merupakan sosok yang pekerja keras.
Bahkan, Pramono menilai, Jokowi adalah presiden yang paling sering melakukan rapat. Pramono mengatakan, presiden-presiden sebelumnya hanya menggelar rapat seminggu sekali atau sebulan empat kali, sedangkan Jokowi berbeda.
"Mungkin Pak Jokowi ini presiden yang paling banyak rapat dibandingkan dengan yang lain, dibandingkan semua presiden. Karena dulu kan saya lihat risalah-risalah rapat dan sidang-sidang yang dulu," ujar Pramono Anung dalam Podcast Kabinet dan Setkab (Podkabs) yang dilihat di Youtube Sekretariat Kabinet, Sabtu 5 Februari 2022.
Baca Juga
Advertisement
Dikarenakan agenda rapat yang sering dilakukan Jokowi tersebut, Pramono dan tim pun merasa kewalahan. Belum lagi, kata dia, keputusan dalam rapat terkadang baru diambil pada tengah malam sekitar pukul 02.00 WIB.
"Bisa kapan saja. Presiden bangun, putusin itu ya kita siapin," cerita Pramono.
Berikut blak-blakan Seskab Pramono Anung soal bagaimana kerja Presiden Joko Widodo atau Jokowi dihimpun Liputan6.com:
1. Paling Sering Lakukan Rapat
Sekretaris Kabinet (Seskab) Pramono Anung menyebut Presiden Joko Widodo atau Jokowi merupakan sosok yang pekerja keras. Bahkan, kata dia, Jokowi adalah presiden yang paling sering melakukan rapat.
Pramono mengatakan, presiden-presiden sebelumnya hanya menggelar rapat seminggu sekali atau sebulan empat kali. Namun, Jokowi bisa mengadakan rapat hingga sembilan kali dalam seminggu.
"Mungkin Pak Jokowi ini presiden yang paling banyak rapat dibandingkan dengan yang lain, dibandingkan semua presiden. Karena dulu kan saya lihat risalah-risalah rapat dan sidang-sidang yang dulu," ujar Pramono Anung dalam Podcast Kabinet dan Setkab (Podkabs) yang dilihat di Youtube Sekretariat Kabinet, Sabtu 5 Februari 2022.
"Biasanya (presiden sebelumnya) rapatnya itu seminggu hanya sekali, bahkan sebulan hanya 4 kali. Ini (Jokowi) seminggu, empat, lima, enam, tujuh, delapan, sembilan kali," sambungnya.
Advertisement
2. Kewalahan, Semua Keputusan Cepat Diambil
Pramono mengakui bahwa seringnya agenda rapat membuat dirinya dan tim kewalahan.
Belum lagi, kata dia, keputusan dalam rapat terkadang baru diambil pada tengah malam sekitar jam 02.00 WIB.
"Bisa kapan saja. Presiden bangun, putusin itu ya kita siapin," ucap Pramono.
3. Sidang Kabinet Bisa Dilakukan di Mana Saja
Pramono sendiri bertugas untuk mengelola pelaksanaan rapat baik sidang kabinet paripurna, sidang kabinet, maupun rapat terbatas (ratas). Menurut dia, semua rapat tersebut merupakan forum tertinggi pengambilan keputusan pada kabinet pemerintahan di Indonesia.
"Semua keputusan (diambil) di Sidang Kabinet. Termasuk mulai dari urusan vaksin, urusan evaluasi PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat), itu semuanya oleh Presiden diputuskan dalam Sidang Kabinet," kata Pramono.
Dia menyampaikan Sekretariat Kabinet harus selalu siap untuk menyelenggarakan Sidang Kabinet kapan dan di mana saja. Tak jarang, Jokowi meminta diagendakan Sidang Kabinet di saat melakukan kunjungan kerja di berbagai daerah di Tanah Air.
"Bahkan hari Minggu ketika kita lagi, untung saya (sudah) sampai di rumah. Minggu, kurang lebih jam 2, beliau minta ratas jam 4 dan itu yang disiapkan banyak. Keputusan-keputusan risalah rapat, putusannya presiden dan tidak boleh salah karena itu yang paling penting. Alhamdulillah sampai hari ini relatif tidak pernah salah," papar Pramono.
Advertisement
4. Sebut Jokowi Sosok Energik
Selain pekerja keras, Pramono mengungkap Jokowi sosok presiden yang tak bisa diam, selalu energik, dan berkunjung ke daerah-daerah.
Menurut dia, Jokowi juga kerap memeriksa hal-hal yang ramai dibicarakan di media sosial (medsos).
"Beliau kan sangat energik ya, dan beliau orang yang setiap hari minimum satu setengah jam lihat medsos," tutur Pramono.
5. Pernah Paksa Menteri Pulang dari New York untuk Rapat dengan Jokowi
Kemudian Pramono mengaku pernah meminta seorang Menteri Koordinator (Menko) yang baru tiba di New York, Amerika Serikat pulang ke Indonesia untuk mengikuti sidang kabinet paripurna bersama Jokowi.
Sebagai seorang sekretaris kabinet, Pramono bertugas untuk mengelola pelaksanaan rapat, baik itu sidang kabinet paripurna maupun rapat terbatas. Untuk itu, dia terkadang harus bersikap tegas kepada para menteri kabinet.
"Ada seorang Menko, saya nggak cerita siapa. Baru terbang mendarat di New York, kemudian ada sidang kabinet paripurna. Dia minta izin untuk enggak ikut. Saya bilang, 'enggak, harus ikut'," kata Pramono.
Dia pun meminta menteri tersebut segera pulang ke Tanah Air untuk menghadiri rapat bersama Presiden Jokowi. Hanya saja, Pramono enggan menyebut siapa sosok menteri koordinator tersebut.
"Pulang, daripada nanti Pak Menko, saya gak sebut namanya ya. 'Daripada nanti saya enggak kirimin surat undangan lagi loh'," ucap Pramono menirukan pembicaraannya dengan menteri tersebut.
Advertisement
6. Sebut Sidang Kabinet Harus Diikuti Semua Menteri
Pramono mengatakan, dia harus tahu kapan mesti bersikap tegas dan memberikan toleransi kepada menteri kabinet.
Menurut dia, sidang kabinet harus diikuti oleh semua menteri apapun jabatannya.
"Misalnya, sebagai contoh kalau sidang kabinet paripurna itu yang sebulan sekali, menteri siapapun, mau menko mau minta izin, saya tidak kasih. Karena memang presiden juga meminta semua menteri hadir (di sidang kabinet paripurna)," terang Pramono.
7. Menteri yang Tidak Terkait dalam Ratas Diberi Izin Tak Hadir
Lebih lanjut Pramono mengatakan, dia akan memberi sedikit kelonggaran untuk rapat terbatas bagi menteri yang tidak terkait dengan pembahasan dalam rapat untuk tidak hadir.
"Untuk sidang kabinet paripurna, saya biasanya mau siapa aja pasti nggak (kasih izin). Tapi kalau untuk rapat terbatas, jadi bagi yang menteri yang akan presentasi dia akan tetap harus ada. Tetapi yang bukan yang menjadi main topiknya, diizinkan, bolehlah (tidak hadir)," tuturnya.
"Karena kalau minta izin ke presiden, diizinkan. Saya bagian galaknya enggak apa-apa lah. Orang mau enggak seneng, nggak apa-apa," tutup Pramono.
Advertisement