Liputan6.com, Banyuwangi Perayaan Imlek di Banyuwangi berlangsung meriah. Bertempat di Tempat Ibadah Tri Dharma (TITD) Hoo Tong Bio, perayaan Imlek itu tak hanya diikuti warga Tionghoa, tapi juga lintas etnis.
Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani menyatakan, Festival Imlek menjadi bagian dari upaya untuk merajut harmoni. Kehadiran warga dari beragam etnis menjadi penanda persatuan.
Advertisement
“Festival Imlek adalah simbol persatuan bagi rakyat Banyuwangi. Tidak hanya persatuan dengan kehadiran kita, tapi juga kesatuan dalam kebudayaan kita,” ungkap Ipuk, Senin (7/2/2022).
Ipuk berharap, ajang ini dapat menumbuhkan toleransi antar beragama. “Keharmonisan dalam masyarakat menjadi modal utama membangun Banyuwangi yang lebih baik,” kata Ipuk.
Festival Imlek 2022 menyuguhkan beragam atraksi menarik, yang memadukan budaya Tionghoa dengan kesenian lokal Banyuwangi. Seperti tari barongsai, tari kipas, hingga penampilan lagu-lagu bahasa Osing (suku asli Banyuwangi).
Begitu juga tetabuhannya. Seperangkat gamelan beradu suara dengan tetabuhan khas negeri tirai bambu itu. Semakin menambah semarak suasana.
Dalam ajang ini, juga disediakan bazaar jajanan dan kuliner khas Tionghoa. Seperti nasi ayam hainan, bebek dan ayam Peking, bakcang, burger Shanghai, bakpao, dimsum, kwetiau, dan masih banyak lainnya.
“Dengan demikian, selain budayanya, masyarakat juga bisa mengenal kuliner khas Tionghoa yang beragam. Ini juga bagian dari cara untuk mengukuhkan ikatan persaudaraan,” tegasnya.
Pada kesempatan tersebut, Ipuk pun tak lupa menyampaikan apresiasinya kepada komunitas Tionghoa yang telah berpartisipasi aktif dalam pembangunan Banyuwangi.
“Meski warga Tionghoa di Banyuwangi tidak sampai lima persen, namun animo masyarakat yang hadir telah menegaskan kerukunan dan toleransi yang tinggi yang telah dibangun oleh seluruh warga dan etnis di Banyuwangi," kata Ipuk.
Apresiasi
Festival ini mendapat apresiasi positif dari para pengunjung. Salah satunya, Hidetoshi Tamaoka.
"Saya terkesan dengan orang Banyuwangi yang sangat menghargai keberagaman. Kesenian yang ditampilkan di sini juga menarik karena memadukan antar budaya,” kata Hidetoshi Tamaoka, ketua tim studi dari pemerintah Jepang yang sengaja datang ke Banyuwangi terkait dukungan pengembangan program Smart kampung.
Advertisement