Liputan6.com, Banyuwangi - Pasar rakyat tematik dengan berbagai program kembali digerakkan untuk memulihkan ekonomi akibat Covid-19 di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur.
Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani mengatakan pasar rakyat itu aktif kembali setelah dua tahun sempat berhenti akibat pandemi Covid-19.
"Ini saatnya bagi kita untuk bangkit. Kita tata kembali ekonomi dengan berbagai usaha-usaha produktif," katanya, Sabtu (5/2/2022).
Lanjut, Ipuk mengatakan pasar-pasar rakyat yang digelar secara temporal dan barang jualan yang tematik menjadi salah satu jurus yang dipilih. Hal ini menjadi pengungkit ekonomi di level mikro dengan penjual yang berasal dari kampung sekitar.
Baca Juga
Advertisement
"Ada laju perekonomian yang bergerak. Meski dalam skala mikro, tapi ini akan mampu memicu sektor-sektor lain ikut bergerak,” sebutnya.
Adapun beberapa pasar rakyat dengan tematik dagangan tertentu terbukti cukup berkembang di Banyuwangi sebelum adanya Covid-19. Seperti pasar wit-witan di Alasmalang, Kecamatan Singojuruh, Pasar Kampung Osing Kemiren dan Olehsari di Kecamatan Glagah, Arabian Street Food di Kampung Arab, Kecamatan Banyuwangi dan sejumlah tempat lainnya.
Selain pasar-pasar itu, Ipuk mengatakan akan muncul sejumlah inisiasi baru. Salah satunya Pasar Cunduk Menur di Tegalarum tersebut. Dengan catatan, semua pasar yang kembali aktif harus merapkan protokol kesehatan yang ketat.
"Ini adalah bagian dari gerakan Banyuwangi Rebound, sebuah program multisektor untuk membawa Banyuwangi pulih dari pandemi," kata Ipuk.
Saksikan juga video pilihan berikut ini:
Pendampingan
Kemudian Ipuk juga menambahkan, geliat pasar-pasar rakyat ini, akan terus didampingi oleh Pemkab Banyuwangi. Tidak hanya dari sisi promosi, tapi juga dari sisi manajerial.
"Kita akan terus melakukan pendampingan. Baik melalui dinas terkait atau dari pemerintah kecamatan. pelatihan berupa menejemen keuangan, pengemasan, dan lain sebagainya. Jadinya, akan lebih berdaya dan bisa naik kelas,” pungkasnya.
Senada, Kepala Desa Tegalarum Achmad Turmudi mengatakan inisiasi pasar tersebut berangkat dari upaya untuk merintis pusat ekonomi baru.
"Proyeksi saya, ini nantinya bisa menjadi pasar permanen. Kita awali dari yang sederhana dulu," ungkapnya.
Hal itu kemudian ditanggapi oleh salah seorang warga bernama Andriyani. Ia bersama lima orang kawannya berjualan sejumlah makanan pelengkap. Seperti sambal pecel, oseng-oseng pare, kripik pare, dan lain sebagainya.
"Senang bisa berjualan di kampung sendiri. Membuka lapangan pekerjaan baru juga," terangnya.
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Toyib, pedagang rujak. Pria yang berjualan rujak sejak 1997 itu, merasa senang dengan keberadaan pasar tersebut. Hal tersebut dapat menjadi tempat baru baginya untuk menjajakan dagangannya.
"Biasanya hanya buka di rumah atau berdasarkan pesanan lewat WA (WhatsApp) saja," papar pria yang dikenal dengan Rujak Lanang-nya.
Advertisement