Waspada Radikalisme Jadi Alasan KSAD Dudung Turunkan Baliho Rizieq Shihab

KSAD Jenderal TNI Dudung Abdurachman menyatakan bahwa persentase penyebaran radikalisme di Indonesia memprihatinkan. Hal itu pula yang mengusik dirinya saat mengambil sikap untuk menurunkan baliho Rizieq Shihab.

oleh Nanda Perdana Putra diperbarui 07 Feb 2022, 17:35 WIB
KSAD Jenderal Dudung Abdurachman saat bertemu dengan para pimpinan redaksi media nasional. (Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta - Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Dudung Abdurachman menyatakan bahwa persentase penyebaran radikalisme di Indonesia terbilang memprihatinkan. Hal itu pula yang mengusik dirinya saat mengambil sikap menurunkan baliho mantan pimpinan organisasi terlarang Front Pembela Islam (FPI), Rizieq Shihab.

"Saya sampaikan tidak serta merta baliho itu kita turunkan. Saya sudah melihat latar belakangnya, sejarahnya, bagaimana Rizieq Shihab itu memberikan ujaran-ujaran kebencian, bahkan mengatakan pimpinan negara kita yang tidak bagus. Saya lihat kok kenapa enggak ada yang berani ya, kenapa enggak berani, dulu-dulu kok enggak berani," tutur Dudung saat acara pertemuan dengan pemimpin redaksi media, Senin (7/2/2022).

Menurut Dudung, saat itu pihaknya tidak lagi dapat menahan diri, termasuk membatasi tugas apakah itu kewenangan Polri atau Satpol PP dalam menertibkan baliho Rizieq Shihab.

"Nah akhirnya saya bilang, kalau seperti ini dibiarkan, saya tidak mau itu tugas polisi, itu tugas Satpol PP, itu sudah kita lakukan dengan polisi dan Satpol PP. Kalau misalnya TNI terdiam, terus tugas TNI itu ngapain. Makanya saya merasa hadir di situ, saya sudah merasa tidak benar, sehingga langkah-langkah yang kita lakukan, maka saat itu saya harus berbuat karena radikalisme ini sekarang sudah sampai ke semua kalangan," jelas dia.


Penyebaran Radikalisme

Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal Dudung Abdurachman meninjau pasukan usai memimpin Apel Gelar Pasukan Jajaran TNI AD di Lapangan Monas, Jakarta, Selasa (25/1/2022) (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Dudung mengatakan, hasil rapat pimpinan di Kementerian Pertahanan (Kemhan) saat itu mengulas persentase penyebaran radikalisme. Sebanyak 23 persen paham tersebut merebak di mahasiswa, bahkan beberapa persen lainnya sudah tidak mengakui Pancasila sebagai ideologi negara.

"Dan hasil analisa intelijen saya melaporkan mohon maaf memang ada beberapa wilayah-wilayah yang kita waspadai sudah terpapar radikalisme," Dudung menambahkan.


Infografis

(Ilustrasi/Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya