Bank Dunia Temukan 4 Hambatan Penciptaan Lapangan Kerja

Anak usaha Bank Dunia, yakni International Finance Corporation (IFC) menyebutkan ada 4 hambatan yang menjadi tantangan utama dalam penciptaan lapangan kerja dalam sektor swasta.

oleh Liputan6 diperbarui 15 Jan 2013, 15:11 WIB
Anak usaha Bank Dunia, yakni International Finance Corporation (IFC) menyebutkan ada 4 hambatan yang menjadi tantangan utama dalam penciptaan lapangan kerja dalam sektor swasta.

Studi yang berjudul 'Assessing Private Sector Contributions to Job Creation', menyimpulkan empat hambatan tersebut, yakni:
1. Iklim investasi yang lemah
2. Prasarana yang tidak layak
3. Akses pada layanan keuangan yang terbatas untuk usaha mikro, kecil dan menengah
4. Ketrampilan dan pelatihan yang kurang memadai.

"Pengangguran adalah sebuah krisis global yang sangat mengkhawatirkan bagi negara-negara termiskin. Sebagai institusi pembangunan terbesar di dunia yang memfokuskan diri pada sektor swasta, kami percaya bahwa penciptaan lapangan kerja memberikan jalan keluar yang pasti dari kemiskinan. Mempromosikannya, di negara-negara berkembang adalah prioritas utama bagi kami," ujar Executive Vice President and Chief Executive Officer IFC, Jin-Yong Cai, Selasa (15/1/2013).

Kelompok Bank Dunia  ini juga menemukan bahwa pekerjaan yang sangat dibutuhkan di negara-negara berkembang dapat diciptakan dengan lebih cepat. Asalkan para pembuat kebijakan dan institusi-institusi pembangunan menjadikannya sebagai prioritas untuk meniadakan hambatan-hambatan utama dalam hal pertumbuhan yang dihadapi oleh beberapa perusahaan swasta.

"Menghilangkan hambatan-hambatan ini dapat secara siginifikan meningkatkan penciptaan lapangan pekerjaan," menurut studi itu.

Hasil studi ini diluncurkan hari ini sebagai laporan pendamping dari the World Bank’s World Development Report 2013 tentang lapangan kerja yang diluncurkan pada bulan Oktober yang lalu.

Sekitar 200 juta orang di seluruh dunia tidak memiliki pekerjaan. Bank Dunia memperkirakan sebanyak 600 juta pekerjaan harus diciptakan pada tahun 2020, terutama di beberapa negara berkembang, sekedar untuk mengimbangi pertumbuhan populasi penduduk.

Hal menarik lainnya, beberapa temuan kunci termasuk:
1. Usaha mikro, menengah dan kecil (UMKM) menghasilkan paling banyak pekerjaan di negara-negara berkembang namun bidang ini juga kurang produktif, memberikan penghasilan yang minim,  dan tidak lebih banyak menyediakan pelatihan dan peluang pengembangan bagi karyawan.

Perusahaan-perusahaan yang lebih kecil sering dihadapkan pada permasalahan penciptaan tenaga kerja, yang artinya, mereka tidak mampu tumbuh hingga ke tingkat yang paling potensial.

2. Akses ke layanan keuangan merupakan hambatan utama bagi UMKM – mempermudah proses ini dapat menghasilkan penciptaan lapangan kerja yang signifikan.

Misalnya, IFC menyediakan bantuan keuangan pada sebuah jaringan besar penyedia layanan keuangan di negara-negara berkembang yang pada tahun 2011 mendanai 23 juta UMKM. Sebagai hasilnya, usaha-usaha ini mempekerjakan lebih dari 100 juta orang.

3.Jumlah terbesar pekerjaan yang diciptakan terdapat dalam rantai  distribusi dan pasokan perusahaan. Sebagai contoh, pinjaman dari IFC untuk sebuah pabrik semen di India membantu perusahaan ini mengembangkan dan menciptakan lebih banyak pekerjaan.

Untuk setiap pekerjaan yang diciptakan di dalam perusahaan, lebih dari 20 pekerjaan diciptakan dalam rantai distribusi dan pasokan.

4. Kurangnya energi listrik adalah hambatan yang paling signifikan di negara-negara berpenghasilan rendah.

Menyediakan energi listrik yang dapat diandalkan dapat meningkatkan pertumbuhan perusahaan sebesar paling tidak empat persen setiap tahunnya.

5. Wanita dan pekerja muda menghadapi tantangan-tantangan yang lebih spesifik. Hambatan dalam aspek hukum, kurangnya akses pada layanan keuangan dan norma norma budaya kerap memaksa pekerja wanita bekerja di bidang yang memberikan imbalan yang sedikit, dan kurang aman. Pekerja muda beresiko menganggur tiga kali lipat dan kebanyakan bekerja di sektor informal.

Studi ini menunjukkan bahwa 45 juta orang memasuki dunia kerja setiap tahunnya. Namun, lebih dari sepertiga perusahaan-perusahaan yang menjadi obyek penelitian studi ini di seluruh dunia tidak sanggup memperoleh karyawan dengan ketrampilan yang dibutuhkan.(Nur/Igw)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya