Liputan6.com, Khartoum - Pasukan keamanan Sudan menembakkan gas air mata guna membubarkan demonstran yang berbaris menuju istana kepresidenan di ibu kota Khartoum.
Para pengunjuk rasa berkumpul di beberapa kota untuk menuntut kembalinya pemerintahan sipil dan keadilan bagi pengunjuk rasa yang terbunuh sejak kudeta tahun lalu.
Baca Juga
Advertisement
"Pasukan keamanan sekali lagi menggunakan gas air mata untuk membubarkan pengunjuk rasa dari sekitar istana presiden Sudan," kata Hiba Morgan dari Al Jazeera dari Khartoum.
Para demonstran terlihat melemparkan batu ke pasukan keamanan sementara yang lain membantu orang-orang yang terluka akibat tabung gas air mata, seperti dikutip dari laman Al Jazeera, Selasa (8/2/2022).
Para pengunjuk rasa anti-kudeta di kota Wad Madani, selatan Khartoum, terlihat mengibarkan bendera Sudan dan membawa poster orang-orang yang tewas dalam penumpasan itu.
"Tidak, tidak untuk aturan militer" dan "darah ganti darah", teriak mereka, menurut saksi mata.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Konflik di Sudan
Protes massa reguler telah diadakan di Sudan sejak kudeta 25 Oktober 2021 yang dipimpin oleh panglima militer Abdel Fattah al-Burhan, yang menggagalkan transisi negara itu ke pemerintahan sipil setelah penggulingan pemimpin lama Omar al-Bashir pada 2019.
Sedikitnya 79 orang tewas dan ratusan terluka dalam tindakan keras terhadap demonstrasi anti-kudeta, menurut Komite Dokter Sudan, sebuah kelompok medis yang melacak korban di antara para pengunjuk rasa.
Ada juga penangkapan besar-besaran terhadap aktivis yang memimpin protes anti-kudeta dan tuduhan kekerasan seksual, termasuk pemerkosaan dan pemerkosaan berkelompok, dalam protes 19 Desember di Khartoum, menurut PBB.
Morgan mengatakan, sementara para pengunjuk rasa menuntut agar militer "kembali ke barak", mereka juga memiliki tuntutan lain termasuk pertanggungjawaban bagi para pengunjuk rasa yang telah terbunuh sejak militer mengambil alih kekuasaan.
Advertisement
Tuntutan Para Demonstran
Mereka juga menuntut pembebasan para aktivis dan tahanan politik yang telah ditangkap oleh tentara karena penentangan mereka terhadap kekuasaan militer, katanya.
Protes pada Senin (7/2) berlangsung meskipun ada aturan keamanan yang ketat di Khartoum dan kota-kota tetangganya Omdurman dan Khartoum North.
Beberapa pengunjuk rasa di Khartoum juga menyerukan pembubaran Pasukan Dukungan Cepat (RSF) paramiliter yang kuat yang dipimpin oleh wakil al-Burhan, Mohamed Hamdan Daglo.
Infografis Gejala Covid-19 Omicron dan Cara Penanganan
Advertisement