PPKM Level 3, Pertumbuhan Ekonomi Kuartal I 2022 Bisa Jeblok Lagi

BPS mengumumkan angka pertumbuhan ekonomi 5,02 persen di kuartal IV dan 3,69 persen di sepanjang tahun 2021.

oleh Maulandy Rizki Bayu Kencana diperbarui 08 Feb 2022, 13:30 WIB
Sejumlah kendaraan melintas di kawasan Jalan Sudirman, Jakarta, Rabu (11/8/2021). Mulai 12 Agustus 2021, Polda Metro Jaya bakal kembali menerapkan aturan ganjil genap di sejumlah ruas jalan Ibu Kota dan meniadakan kebijakan penyekatan yang diterapkan selama PPKM Level 4. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan angka pertumbuhan ekonomi 5,02 persen di kuartal IV dan 3,69 persen di sepanjang tahun 2021, Senin (7/2/2022) kemarin.

Pada hari yang sama, pemerintah juga memutuskan untuk memperketat kebijakan PPKM level 3 di Jabodetabek dan beberapa aglomerasi lain.

Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira menilai, kebijakan PPKM level 3 tersebut bisa saja kembali menurunkan asa pertumbuhan ekonomi yang kembali bergeliat di akhir tahun lalu.

"Kalau skenarionya sampai mengarah pada PPKM level 3 atau pengetatan Jabodetabek diperluas di Jawa dan luar Jawa, aktivitas ekonomi yang sebenarnya sedang tahap recovery bisa menurun kembali," ujarnya kepada Liputan6.com, Selasa (8/2/2022).

Namun, Bhima juga tak ingin abai dari kebijakan PPKM level 3 guna menindaki penyebaran kasus omicron yang makin menyeruak. Menurutnya, penularan varian Covid-19 tersebut bisa berbahaya bagi kegiatan ekonomi.

"Kenaikan kasus omicron perlu diwaspadai karena dapat berdampak pada keyakinan konsumen untuk berbelanja di luar rumah. Menurunkan tingkat pendapatan disektor retail dan membuat sektor pariwisata lebih lama pulih," ungkapnya.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Prediksi Pertumbuhan Ekonomi

Menurut perhitungannya, pertumbuhan ekonomi kuartal I 2022 pada kemungkinan terburuk (worst case scenario) hanya bisa tumbuh 2-2,5 persen secara tahunan, atau year on year (yoy).

Bersandar pada kemungkinan itu, dia pun ragu proyeksi pertumbuhan ekonomi nasional 5 persen di sepanjang 2022 ini bisa tercapai.

"Untuk bisa penuhi pertumbuhan total 5% di 2022 nampaknya agak berat. Apalagi di kuartal I masyarakat dihadapkan pada inflasi yang lebih tinggi dari naiknya harga beberapa kebutuhan pokok," tuturnya.

"Di sisi yang lain Januari-Maret itu low-season karena tidak ada event besar seperti Ramadhan dan Tahun Baru sehingga pola pengeluaran juga terbatas," tandas Bhima.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya