Seputar Biopori, Lubang Resapan untuk Alat Menampung Air Hujan

Biopori dapat jadi penampung air hujan dan bisa juga mengurangi banjir dan genangan.

oleh Komarudin diperbarui 08 Feb 2022, 17:30 WIB
Ilustrasi biopori (dok. Instagram @sustaination/ https://www.instagram.com/p/CBhc_25gAYF/?igshid=19q9ab16ub3go/ Brigitta)

Liputan6.com, Jakarta - Musim penghujan tiba, risiko terkena bencana banjir pun meningkat. Untuk mengatasinya, Anda bisa membuat biopori di rumah masing-masing.

Biopori terdiri atas dua kata, yaitu "bio" yang berarti hidup dan "pori" yang berarti lubang atau rongga kecil-kecil pada benda padat. Lubang biopori adalah metode resapan air yang ditujukan untuk mengatasi genangan air dengan cara meningkatkan daya resap air pada tanah.

Metode biopori dicetuskan oleh Kamir R Brata, salah satu peneliti dari IPB University. Selain menampung hujan, teknologi sederhana yang dikembangkannya ini mampu mengatasi banjir, dilansir dari laman haipb.ipb.ac.id, Selasa (8/2/2022).

Dinamakan biopori karena memanfaatkan aktivitas fauna tanah atau akar tanaman (bio) yang membentuk lubang-lubang terowongan kecil (pore) di dalam tanah. Peran organisme di dalam tanah itulah yang sering dilupakan dalam merancang konsep penanganan banjir.

Lubang resapan biopori berbentuk silindris yang dibuat secara vertikal ke dalam tanah dengan diameter 10 cm dan kedalaman 100 cm atau kurang jika air tanah dangkal. Agar organisme tanah bisa bekerja membentuk biopori, lubang yang sudah dibuat tersebut diisi dengan sampah organik sebagai makanan organisme tanah.

Biopori diyakini banyak orang untuk mengurangi genangan air dan banjir. Makin banyak rumah yang membuat lubang biopori, maka akan cepat meresapkan air ke dalam tanah.

Hal ini sebagai solusi berkurangnya ruang terbuka hijau yang berfungsi sebagai penampung air tanah. Peningkatan jumlah air hujan yang dibuang karena berkurangnya laju peresapan air kedalam tanah akan menyebabkan banjir pada musim hujan dan kekeringan pada musim kemarau.

 

 * Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Pengisian Sampah

Wakil Wali Kota Depok Imam Budi Hartono saat membuat lubang biopori di pos pantau Sungai Ciliwung di Kelurahan Ratujaya, Kecamatan Cipayung, Kota Depok, Senin (22/3/2021). (Liputan6.com/Dicky Agung Prihanto)

Pengisian sampah tersebut diatur sedemikian rupa sehingga tidak terlalu padatsehingga tersedia cukup oksigen untuk mendukung eksistensi organisme tanah pembentuk biopori. Ukuran diameter 10 cm merupakan ukuran yang sudah dipikirkan secara cermat oleh Kamir R. Brata.

Jika kurang dari 10 cm, akan sulit untuk memasukkan sampah ke dalam lubang tersebut. Ukuran 10 cm juga membuat tikus enggan masuk karena meskipun bisa masuk, mereka tidak bisa berbelok.

Kedalaman 100 cm juga diperhitungkan agar tersedia cukup oksigen untuk organisme tanah yang akan mengolah sampah organik. Bila kekurangan oksigen, pembusukan akan terjadi secara anaerobik dan menghasilkan gas metan. Kedalaman yang kurang dari kedalaman air muka tanah tersebut juga dimaksudkan agar air yang masuk mengalami proses bioremediasi sebelum masuk ke dalam air tanah.


Manfaat Lain Biopori

Petugas kebersihan di Malaka Sari, Duren Sawit, Jakarta Timur, tengah memasukan sampah basah ke dalam lubang resapan viopori. (Liputan6.com/ Ahmad Ibo)

Dilansir dari berapa sumber, berikut sejumlah manfaat biopori yang selama ini masih banyak belum diketahui publik. 

1. Tempat Pembuangan Sampah Organik

Biopori dapat jadi tempat untuk pembuangan sampah organik.  Masyarakat dapat memisahkan sampah rumah tangga, menjadi sampah organik dan nonorganik. Untuk sampah organik dapat kita buang dalam lubang biopori yang kita buat.

2. Menyuburkan Tanaman

Sampah organik yang kita buang di lubang biopori merupakan makanan untuk organisme yang ada dalam tanah. Organisme tersebut dapat membuat sampah menjadi kompos yangmerupakan pupuk bagi tanaman di sekitarnya.

3. Meningkatkan Kualitas Air Tanah

Organisme dalam tanah mampu membuat sampah menjadi mineral-mineral yang kemudian dapat larut dalam air.  Dengan begitu,  air tanah menjadi berkualitas karena mengandung mineral.


Infografis Hujan Ekstrem dan Banjir, Sukabumi, Bogor, Jakarta

Infografis Hujan Ekstrem dan Banjir, Sukabumi, Bogor, Jakarta. (Liputan6.com/Trieyasni)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya