Liputan6.com, Banyuwangi Ketua Umum Persatuan Dukun Nusantara (Perdunu) Abdul Fatah Hasan mengatakan, pihaknya terbuka menerima seseorang yang ingin belajar ilmu hikmah alias ilmu supranatural. Perdunu tak pernah menutup pintu bila ada masyarakat yang ingin belajar.
Saat ini 9 anggota Perdunu masing-masing mendampingi santri yang hendak belajar ilmu hikmah. Santri dibimbing dan diajari dalam menelaah kitab.
Advertisement
"Meski demikian sampai saat ini belum ada santri yang mampu khatam kitab. Tapi kita yakin ditahun ini dapat selesai dan nantinya akan kita wisuda," ujar pria yang akrab disapa Gus Fatah, Kamis (10/2/2022).
Gus Fatah mengatakan, ketika seseorang berniat menjadi anggota Perdunu, ada beberapa syarat yang harus dilengkapi. Salah satu yang utama adalah mengkhatamkan Kitab Babon sebagai pedoman Perdunu dalam menjalankan aktivitas.
"Karena kita beraktivitas untuk memberikan kebermanfaatan bagi masyarakat. Maka syaratnya ilmu harus dimatangkan dengan belajar Kitab Babon sebagai pedoman dalam beraktivitas. Proses itu kami sebut sebagai bentuk sertifikasi," ujarnya.
Tahun ini Perdunu memang tengah berpacu meningkatkan skill ilmu supranatural para anggotanya. Terbaru di 2022 ini Perdunu bakal melaunching program strategis kajian Kitab Babon di sejumlah pondok pesantren.
"Kitab Babon ada 6 jilid, disetiap jilid itu berisi 600 an halaman. Dalam waktu dekat menjelang bulan Ramadhan rencananya akan digelar di sejumlah pondok pesantren," tambah Gus Fatah yang juga Pengasuh Pondok Pesantren Al Huda, Blimbingsari Tegalsari.
Stigma Negatif
Menghadapi banyaknya paradigma negatif tentang istilah dukun di masyarakat, Gus Fatah mengaku sudah tidak terlalu ambil pusing. Pihaknya mengaku hanya akan berfokus, agar bagaimana Perdunu dapat memberikan manfaat bagi masyarakat.
Menurutnya Perdunu bukan kumpulan dukun untuk menyakiti orang lain. Namun Perdunu hadir sebagai solusi untuk membantu masyarakat dalam menghadapi permasalahan yang tak kasat mata.
Angota Perdunu memiliki berbagai keahlian. Ada yang menangani pengobatan non medis, penglaris usaha, mencari hari baik (nogo dino) dan pengobatan lain sesuai dengan bidang keilmuan yang diemban.
"Perbedaan dalam kehidupan sosial masyarakat itu kan wajar. Tetapi yang terpenting itu, kita punya keyakinan bahwa apa yang kita lakukan ini baik, yasudah kita jalan saja. Kita juga punya acuan bahwa apa yang kita lakukan ini ada rujukan kitab dan dapat dibuktikan," tandasnya.
Advertisement