Liputan6.com, Jakarta Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) mengatakan, dalam beberapa tahun terakhir, masyarakat Indonesia didorong untuk adaptif demi menyesuaikan pembatasan mobilitas dan interaksi fisik.
Sekretaris Jenderal Kemkominfo Mira Tayyiba dalam Siaran Langsung Kick Off G20 on Education and Culture pada Rabu kemarin mengatakan, instrumen yang memfasilitasi sifat adaptif ini adalah teknologi digital.
Advertisement
"Dari pengamatan kami, masyarakat Indonesia ternyata cukup adaptif," kata Mira seperti mengutip keterangan pers pada Kamis (10/2/2022).
Dalam acara yang berlangsung secara hybrid dari Jakarta Pusat itu, Mira mengungkapkan sekitar 74 persen populasi sudah menggunakan internet.
Selain itu, menurut Mira, jumlah Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang bermigrasi ke platform digital selama pandemi Covid-19, bertambah dua kali lipat dibandingkan sebelum pandemi.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Kelompok yang Belum Berkesempatan
Mira menambahkan, terdapat peningkatan pemanfaatan platform digital untuk kegiatan ekonomi. Hal ini masih terkait dengan pertumbuhan ekonomi digital, terutama UMKM.
"Sebelum pandemi, diperkirakan hanya sekitar 8 juta UMKM yang memanfaatkan platform digital. Namun selama pandemi, melalui Gerakan Bangga Buatan Indonesia jumlah yang onboarding juga bertambah hampir 8 juta," kata Mira.
Kemkominfo juga mencatat adanya penambahan startup digital unicorn di Indonesia selama pandemi.
"Jadi dari sini kita bisa melihat bahwa orang Indonesia ternyata bisa adaptif terhadap kondisi, bisa menggunakan teknologi digital, dan bisa memanfaatkan kesempatan," tutur Mira.
Meski begitu, Kominfo mengakui masih ada kelompok masyarakat yang belum memiliki kesempatan dalam menggunakan layanan digital.
Menurutnya, ini bisa jadi karena jumlah atau akses infrastruktur yang terbatas, layanan yang terlalu mahal, atau tidak adanya keterampilan literasi untuk menggunakan teknologi digital.
Advertisement
Digital Paradox
Kemkominfo pun mengajak agar semua pihak berkolaborasi untuk membahas isu digitalisasi dan keberpihakan kepada semua elemen masyarakat, dalam mengoptimalkan pemanfaatan teknologi digital.
Mira mengatakan, jika isu ini tidak direspon dengan cepat dan tepat, kesenjangan justru akan melebar dan muncullah digital paradox.
"(Teknologi) digital yang seharusnya dapat meminimalisir gap, membuat kita bisa selalu terhubung, tetapi ternyata selama pandemi karena intensitas sangat tinggi, bagi yang tidak memiliki (akses digital) justru akan terisolir."
Mira juga mengingatkan agar dari sisi hilir pengguna dan hulu penyedia layanan, untuk terus mengembangkan model bisnis. Menurutnya, ini diperlukan demi mendorong pemulihan dan menghadapi tantangan kemunculan platform digital.
"Kalau tidak cermat menavigasi kondisi, bisnis konvensional akan hilang karena munculnya model bisnis baru. Ini menjadi isu yang patut diperhatikan karena terjadi ketidakseimbangan playing field," Mira berujar.
"Kita mengenal istilah winner takes all. 'Pemenang' kemudian lebih mudah untuk mengakses modal, dan ini menjadi suatu tantangan yang harus dihadapi," pungkasnya.
(Dio/Isk)
Infografis Era Teknologi 5G di Indonesia
Advertisement