6 Fakta Menarik Takalar, Tanah Harapan yang Bawa Kebahagiaan

Kabupaten Takalar punya tradisi Maudu Lompoa yang berarti Maulud Besar. Tradisi ini sudah ada sejak abad ke-17.

oleh Henry diperbarui 11 Feb 2022, 08:30 WIB
Wisata Pantai Topejawa di Takalar, Sulawesi Selatan. (dok.Instagram @wisatapantaitopejawatakalar/https://www.instagram.com/p/CYqeGMhPuDK/Henry)

Liputan6.com, Jakarta - Takalar adalah kabupaten di Provinsi Sulawesi Selatan yang beribu kota di Pattallassang. Luas wilayah Takalar 566,51 km persegi yang dihuni oleh 304.856 jiwa. Kabupaten Takalar mempunyai julukan "Butta Panrannuangku" yaitu tanah yang membawa kebahagiaan atau tanah harapan. 

Kabupaten ini terdiri dari sembilan kecamatan, yaitu Pattallassang, Polombangkeng Selatan, Polombangkeng Utara, Galesong, Galesong Selatan, Galesong Utara, Sanrobone, Mappakasunggu, dan Manggarabombang. Sebagian wilayahnya merupakan daerah pesisir pantai, meliputi Kecamatan Mangarabombang, Kecamatan Mappakasunggu, Kecamatan SandraBone, Kecamatan Galesong Selatan, Kecamatan Galesong Kota dan Kecamatan Galesong Utara.

Kabupaten Takalar dilewati oleh empat buah sungai, yaitu Sungai Jeneberang, Sungai Jenetallasa, Sungai Pamakkulu dan Sungai Jenemarrung. Pada keempat sungai tersebut dibuat bendungan untuk mengirigasi sawah seluas 13.183 hektare.

Tentu bukan itu saja hal-hal menarik dari Takalar. Berikut enam fakta menarik seputar Kabupaten Takalar yang dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber.

1. Suku Makassar

Sebagian besar penduduk Takalar adalah suku Makassar, yang merupakan suku terbesar kedua di Sulsel setelah Suku Bugis. Suku ini mendiami pesisir selatan Pulau Sulawesi meliputi Kota Makassar, Kabupaten Gowa, Maros, Jeneponto, Bantaeng, Selayar, dan Takalar. Orang-orang suku Makassar dikenal dengan panggilan Daeng.

Dalam catatan sejarah yang tertulis dalam lontar, suku ini sudah menguasai Sulawesi sejak abad ke-16.Suku Makassar dikenal sebagai pelaut ulung. Berkat kekuatan laut yang dimiliki, mereka mampu menyatukan daerah-daerah seperti Sulawesi, Kalimantan, Nusa Tenggara, Timur Lesta, dan Maluku dalam satu kekuasaan Kesultanan Goa.

2. Wisata Topejawa

Panjang garis pantai di Kabupaten Takalar sekitar 74 kilometer. Dari panjang garis pantai tersebut, terdapat tiga objek wisata pesisir di Kabupaten Takalar (Pantai Topejawa, Pantai Galumbaya dan Pantai Ujungkassi). Di Pantai Topejawa terdapat permandian alam sepanjang sekitar 800 meter yang banyak dikunjungi karena suasana berenang di laut yang menyenangkan dan panorama alam yang memukau.

Di lokasi permandian alam juga tersedia fasilitas seperti balai-balai, baruga (rumah panggung), dan pelelangan ikan. Pengunjung dapat melakukan berbagai aktivitas pantai seperti berenang, berjemur, olahraga pantai, membakar ikan segar, berlayar dengan perahu tradisional (balolang), dan aktivitas pantai lainnya.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


3. Maudu Lompoa

Ka'do minyak diangkut julung-julung menuju tengah sungai untuk diperebutkan warga dalam tradisi Maud Lompoa. (Liputan6.com/Ahmad Yusran)

Masyarakat Desa Cikoang, Kabupaten Takalar, punya tradisi unik, yaitu Maudu Lompoa yang berarti Maulud Besar. Tradisi yang sudah ada sejak abad ke-17 ini menjadi perayaan yang memadukan budaya Islam dan kearifan lokal masyarakat Sulawesi Selatan.

Keunikan tradisi ini berada pada kapal tradisional yang dihias begitu indah. Kapal-kapal inilah yang menjadi simbol masuknya agama Islam khususnya di Talakar. Maudu Lompoa mejadi perayaan besar warga Talakar untuk memperingati Maulid Nabi Muhammad.

Di dalam perahu atau kapal tersaji Songkolo, yaitu makanan nasi ketan khas Sulawesi Selatan dan gunungan telur yang dihias warna-warni. Telur-telur ini direbus terlebih dahulu lalu ditusuk pada ujung bambu yang sudah dipecah-belah kecil dan runcing dan ditancapkan di atas bakul. Sajian makanan ini melambangkan bahtera yang membawa berkah bagi masyarakat Cikoang.

4. Perburuan Rusa

Kegiatan perburuan rusa merupakan kegiatan langka di Sulawesi Selatan. Sejak dulu kegiatan berburu rusa di desa Barugaya dan Ko'mara sudah sering dilakukan oleh para Bangsawan (Karaeng) pada hutan yang luasnya sekitar 2.000 hektare.

Setiap berburu rusa, para Karaeng berkumpul di Baruga (Rumah Panggung) dan mempersiapkan perlengkapan berburu seperti pasukan berkuda, kentongan, dan lain-lain. Selain itu, para peserta juga bisa menikmati pemandangan alam yang masih asri, memancing, memanjat tebing, dan berbagai kegiatan lainnya.


5. Kuliner Khas Takalar

Bipang Jangkar (sumber: bipangjangkar.com)

Takalar ternyata juga memiliki hidangan coto yang khas dan mampu menggoyang lidah. Dinamakan Coto Takalar, hidangan ini berbeda dari coto makassar dari warna kuah yang lebih gelap. Coto makassar memiliki kuah yang lebih jernih dan kekuningan. Bahan dasar coto takalar adalah daging sapi dengan bumbu rempah-rempah lokal sehingga cita rasa yang dihasilkan begitu khas.

Ada juga Kue Baje yang terbuat dari beras ketan, santan, dan gula merah. Setelah dikukus sampai matang, adonan dicetak berbentuk persegi panjang berukuran kecil lalu dibungkus menggunakan daun jagung kering. Cara membungkusnya pun sangat unik, yaitu dengan bagian ujung diremas sehingga tampak seperti bungkus permen. Kuliner khas lainnya ada Bipang Jangkar, Es Poteng, Buroncong dan Jagung Rebus.

6. Pulau Tanakeke

Kepulauan Tanakeke terdiri atas Pulau Tanakeke, Bauluang, Satanga, dan Dayang-dayangan menyimpan perpaduan objek wisata alam yaitu agrowisata, berburu/atraksi menangkap ikan, pantai dan menyelam. Pulau-pulau tersebut menyimpan keanekaragaman hayati yang unik, seperti ikan Baronang, Biawasa, dan Kepiting Dato yang ukuran cangkangnya mencapai 25 cm.

Ada juga hutan bakau yang menjadi tempat belajar sekaligus penelitian bagi banyak orang. Bahkan, tak jarang menjadi objek liputan media baik lokal, nasional, maupun internasional.

Gencarnya alih fungsi lahan ke tambak udang membuat luas hutan bakau sempat berkurang drastis. Namun lebih dari lima tahun terakhir, rehabilitasi hutan bakau gencar dilakukan kelompok lembaga swadaya masyarakat, Yayasan Hutan Biru, di wilayah ini. Mereka berhasil melebatkan kembali hutan bakau. Selain itu mereka punya terumbu karang yang indah dan cocok untuk spot penyelaman.


4 Unsur Wisata Ramah Lingkungan atau Berkelanjutan

Infografis: 4 Unsur Wisata Ramah Lingkungan atau Berkelanjutan

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya