Swedia Nyatakan Pandemi COVID-19 Berakhir, Kok Bisa?

Swedia melonggarkan sejumlah aturan terkait COVID-19 disaat penambahan kasus masih tinggi.

oleh Diviya Agatha diperbarui 11 Feb 2022, 13:00 WIB
Orang-orang duduk di tangga Royal Dramatic Theatre dengan menjaga jarak di Stockholm, Rabu (22/4/2020). Swedia belum memberlakukan lockdown, namum pemerintah memberikan tanggung jawab yang besar kepada penduduknya untuk membantu mengurangi penyebaran virus corona. (Janerik Henriksson / TT via AP)

Liputan6.com, Jakarta - Pada Rabu, 9 Februari 2022 kemarin, Swedia telah melonggarkan hampir semua aturan dan menghentikan hampir semua deteksi terkait pandemi COVID-19.

Sejak kemarin, 10 Februari, bar serta restoran diizinkan kembali untuk buka hingga lewat dari pukul 11.00 malam. Pun tak ada batasan jumlah pengunjung.

Demikian pula aturan pembatasan bagi pengunjung acara di dalam ruangan serta sertifikat vaksin yang semula diberlakukan terkait adanya varian Omicron, kini telah dihapuskan, seperti dilansir Rio Times.

Hal tersebut dikarenakan menurut pemerintah Swedia, varian Omicron yang saat ini beredar tidak memiliki dampak yang terlalu parah dan vaksin sudah meredam penambahan kasus dan kematian di sana.

"Seperti yang kita ketahui pandemi ini, saya akan mengatakan ini sudah berakhir," ujar Menteri Kesehatan Swedia, Lena Hallengren dikutip Straits Times, Jumat (11/2/2022).

Lena mengakui, secara keseluruhan pandemi COVID-19 memang belum sepenuhnya berakhir. Namun, itu dianggap sudah berakhir dalam hal pembatasan.

Padahal, sistem kesehatan Swedia masih mengalami ketegangan karena masih ada sekitar 2.200 orang yang membutuhkan perawatan di rumah sakit.

Pada hari yang sama saat kebijakan tersebut dikeluarkan, masih ada sekitar 114 jiwa yang meninggal dunia.

Terlebih karena tes COVID-19 gratis di sana pun telah dihilangkan, maka tidak ada yang tahu jumlah pasti kasus yang terjadi saat ini di Swedia.

Terkait capaian vaksinasi, menurut Our World in Data sendiri, capaian vaksinasi di Swedia hingga Rabu, 9 Februari 2022, sudah ada 7.788.566 orang (75,2 persen populasi) di sana yang telah melakukan vaksinasi dosis pertama.

Sedangkan, ada sekitar 7.537.528 juta orang (72,8 persen populasi) yang telah melakukan vaksinasi COVID-19 dengan dosis lengkap.

Serta, sudah ada sekitar 4.438.841 atau sekitar 42,9 persen populasi yang sudah mendapatkan vaksinasi booster.


Kritik atas putusannya

Badan Kesehatan Swedia mengungkapkan bahwa minggu ini testing skala besar terkait COVID-19 sudah terlalu mahal dibandingkan dengan manfaatnya.

Sejauh ini, Swedia menghabiskan sekitar 70 juta dollar dalam seminggu untuk melakukan testing selama lima minggu pertama di tahun 2022 ini.

Fredrik Elgh, seorang profesor virologi di Umea University, yang juga dikenal paling gigih untuk memberikan kritik atas kebijakan di Swedia pun mengutarakan pendapatnya.

"Kita harus memiliki sedikit lebih banyak lagi kesabaran, menunggu setidaknya beberapa minggu lagi. Kita cukup kaya untuk terus melakukan pengujian (testing)," ujar Fredrik.

"Penyakit ini masih menjadi beban bagi masyarakat," tambahnya.


Infografis

Infografis IDI Sebut Indonesia Masuk Gelombang Ketiga Covid-19. (Liputan6.com/Trieyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya