Daya Beli Belum Pulih, Industri FMCG Masih Bisa Raup Untung

Pembatasan aktivitas masyarakat selama tahun 2021 mempengaruhi daya beli konsumen sepanjang 2021

oleh Tira Santia diperbarui 11 Feb 2022, 15:50 WIB
Calon pembeli membawa belanjaan di salah satu pasar swalayan di Jakarta, Jumat (2/7/2021). Selama PPKM darurat Jawa-Bali pada 3 sampai 20 Juli 2021 mendatang, pasar swalayan akan tetap buka dengan pembatasan jam operasional hingga pukul 20:00 WIB. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Pembatasan aktivitas masyarakat selama tahun 2021 mempengaruhi daya beli konsumen sepanjang 2021 dan secara langsung mempengaruhi kinerja sejumlah emiten.

Ditambah lagi, pada tingkat global kenaikan harga crude palm oil (CPO) yang merupakan bahan baku industri fast moving consumer goods (FMCG) juga menjadi tantangan bagi perusahaan seperti Unilever Indonesia.

Tantangan tersebut masih ditambah adanya lonjakan harga bahan baku juga menyertai operasional Unilever sepanjang tahun 2021. Dengan demikian, menurut Ira, capaian Perseroan di tengah berbagai tantangan hebat ini membawa optimisme untuk tahun-tahun mendatang. Meski demikian, kinerja emiten berkode UNVR ini masih menjanjikan dengan berhasil membukukan untung bersih sebanyak RP 5,7 Triliun.

Presiden Direktur PT Unilever Indonesia Tbk Ira Noviarti membenarkan bahwa daya beli konsumen yang menurun, mebutuhkan waktu yang tidak sebentar untuk kembali ke daya beli sebelum pandemi.

Menurut Ira, tantangan tersebut ditambah adanya lonjakan harga bahan baku juga menyertai operasional Unilever sepanjang tahun 2021. Untuk itu Ira menjelaskan bahwa capaian Perseroan di tengah berbagai tantangan hebat ini sebagai sesuatu yang membawa optimisme di tahun-tahun mendatang.

"Perseroan terus menggenjot berbagai produk yang memiliki peluang besar, misalnya dari kategori Foods and Refreshment yang berhasil menopang pertumbuhan Perseroan di tahun ini”, tegas Ira dalam keterangan tertulis di Jakarta, Jumat (11/2/2022).

Di 2021, Unilever berhasil mencatat penjualan bersih sebesar Rp39,5 triliun. Kategori Foods & Refreshment menjadi penopang utama pertumbuhan dengan membukukan pertumbuhan penjualan sebesar 1,4 persen di tahun 2021.

“Kami optimis bahwa di tahun 2022, seiring dengan membaiknya perekonomian Indonesia, semakin besar juga peluang bagi Perseroan untuk mengakselerasi pertumbuhan bisnis yang konsisten, kompetitif, menguntungkan, dan bertanggung jawab,” tutur Ira.

Pengamat Pasar Modal, Asosiasi Analis Efek Indonesia, Reza Priyambada, menilai kinerja dari PT Unilever Indonesia, Tbk (Unilever) dilihat dalam beberapa tahun terakhir memang masih mencatatkan kinerja yang baik. Dari sisi kinerja masih menjanjikan, apalagi produk-produk emiten dengan kode saham UNVR ini masih banyak dikonsumsi oleh masyarakat karena merupakan barang kebutuhan sehari-hari.

Tantangan, memang lebih pada kondisi pandemi. Meski begitu, daya beli akan tetap ada. Bisa saja ada pengurangan konsumsi masyarakat, namun tetap saja orang beli produk Unilever.

"Misal, produk sabun. Meski ekonomi lesu orang tetap membutuhkan untuk kebutuhan sanitasi setiap harinya. Implikasinya, konsumen akan lebih berhemat dengan mengurangi pembelian. Misal, yang sebelumnya beli Lifebuoy kemasan isi ulang besar/botol, sekarang orang beli kemasan lebih kecil," jelas Reza.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Kinerja Positif

Kantor pusat Unilever Indonesia. (dok. Unilever Indonesia)

Alumnus Universitas Indonesia ini menerangkan, kinerja Unilever yang masih positif terjaga ditopang rentang produk perseroan yangsudah terdiversifikasi. Apalagi, selama tahun 2021 ada banyak produk baru yang diluncurkan untuk menjaga dominasi pasar.

Hingga kuartal III 2021 UNVR telah merilis 44 produk, baik launching maupun relaunching, yang sebagian besarnya berasal dari sub-segmen beauty & personal care.

Pada rilis resmi yang diterima redaksi, pada triwulan-IV tahun 2021, Unilever juga berhasil meluncurkan beberapa inovasi lain yang sejalan dengan strategi prioritas perseroan dalam hal perluasan portfolio ke segmen premium dan value. Pada kelompok produk kecantikan dengan peluncuran Vaseline Gluta-Hya Serum Burst Lotion, serta perluasan segmen produk bayi pada merek Dove.

Seperti yang diketahui, Unilever Indonesia pada tahun 2022 memiliki 5 strategi utama, pertama intensifikasi merek unggulan melalui inovasi untuk memperluas pasar, kedua perluasan portofolio untuk menjangkau segmen premium dan segmen value, ketiga penetrasi kanal penjualan utama seperti GT dan ritel moderen, dan kanal penjualan masa depan (e-commerce), keempat menjadi yang terdepan dalam membangun kapabilitas digital dan penggunaan data, dan terus memimpin dalam bisnis yang berkelanjutan.

Dari berbagai sumber, diketahui bahwa manajemen Unilever Indonesia secara berkala turun langsung ke mitra bisnis serta konsumen untuk terus memperbaharui insight pasar yang akurat, khususnya dalam menjawab aspirasi di setiap periode.

Perseroan terus memegang kuat komitmennya untuk tumbuh bersama masyarakat Indonesia dan tetap aktif memberikan kontribusi tanggung jawab sosial khususnya pada masa-masa sulit seperti saat ini. Memasuki tahun 2022, Perseroan optimis bahwa dengan strategi prioritas yang perusahaan terapkan saat ini, Perseroan sudah berada di jalur yang tepat untuk kembali menuju pertumbuhan yang konsisten dan berkelanjutan.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya