Liputan6.com, Jakarta Kenaikan harga minyak goreng menjadi keluhan masyarakat dalam beberapa waktu terakhir. Tidak hanya kenaikan harga, kelangkaan pun menjadi keluhan utama karena sulit ditemukan diberbagai toko ritel dan minimarket.
Peneliti Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), Annis Safira Nur meminta, masyarakat lebih hemat dalam menggunakan minyak goreng. Hal tersebut agar tidak terjadi peningkatan permintaan yang kemudian berdampak pada panic buying.
Advertisement
"Untuk konsumen agar lebih bersabar dan menghemat dalam penggunaan minyak goreng, sehingga tidak terjadi panic buying," kata Annis dalam diskusi online YLKI terkait Minyak Goreng, Jakarta, Jumat (11/2).
Annis mengatakan, semua konsumen baik kalangan bawah, menengah maupun atas mengalami kesulitan dalam mendapat minyak goreng. Hal ini sebagai dampak kelangkaan stok dipasaran.
"Untuk itu, pemerintah agar lebih memperhatikan lagi kuota kebutuhan dalam negeri dan juga pasokan pemerataan distribusi minyak goreng bersubsidi untuk masyarakat," jelasnya.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Kenaikan Harga Minyak Goreng
Menurut catatan YLKI, akhir 2021 hingga Februari 2022 terjadi kenaikan harga minyak goreng kelapa sawit secara signifikan hingga mencapai Rp 20.000 per liter.
Kenaikan harga diantisipasi oleh pemerintah dengan menurunkan minyak goreng bersubsidi seharga Rp14.000 per liter.
"Akan tetapi, terjadi kelangkaan terhadap produk minyak goreng kelapa sawit bersubsidi sehingga sangat menyulitkan masyarakat Indonesia sendiri. Di mana kita saat ini berstatus sebagai penghasil minyak sawit terbesar di dunia," tandasnya.
Advertisement