Diluncurkan Nadiem Makarim, Ini Kelebihan Kurikulum Merdeka

Nadiem mengungkap terdapat sejumlah kelebihan Kurikulum Merdeka dibanding kurikulum sebelumnya, yakni Kurikulum 2013.

oleh Yopi Makdori diperbarui 11 Feb 2022, 16:06 WIB
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim saat rapat dengan Komisi X DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (12/12/2019). Rapat membahas penghapusan Ujian Nasional (UN) pada 2021 dan sistem zonasi. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Makarim meluncurkan Kurikulum Merdeka pada Jumat, 11 Februari 2022. Hadirnya Kurikulum Merdeka (dahulu disebut Kurikulum Prototipe) sebagai upaya untuk memulihkan krisis pendidikan yang terjadi di negeri ini selama 20 tahun terakhir.

Nadiem mengungkap terdapat sejumlah kelebihan Kurikulum Merdeka dibanding kurikulum sebelumnya, yakni Kurikulum 2013. Dari segi struktur, Kurikulum Merdeka dirancang jauh lebih fleksibel.

"Kita ingin sekarang kurikulumnya jauh lebih fleksibel, guru dan sekolah bisa menentukan jam pelajaran per minggunya. Karena targetnya itu dipenuhi selama setahun. Kalau kita memberikan target satu tahun itu memberikan fleksibilitas pada sekolah setiap minggu untuk menentukan saya mau ngejar ketertinggalan dahulu enggak," katanya dalam peluncuran Merdeka Belajar Episode Kelima Belas secara daring, Jumat (11/2/2022).

Pada Kurikulum 2013, struktur kurikulum kurang fleksibel atau kaku. Jam pelajaran pun ditentukan per pekan. Berbeda dengan kurikulum baru ini, jam pelajaran akan ditentukan per tahun.

Kurikulum ini juga bakal menitikberatkan pembelajaran pada materi-materi esensial layaknya pada Kurikulum Darurat.

"Jadi Kurikulum Merdeka itu adalah Kurikulum Darurat yang terus kita kembangkan sehingga lebih optimal lagi," beber Nadiem.

Kelebihan lainnya dalam Kurikulum Merdeka yang diutarakan Nadiem adalah memberikan keleluasaan bagi guru untuk menggunakan berbagai macam perangkat pengajaran yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing peserta didik.

"Dan kita memberikan dukungan digital suatu aplikasi yang akan kita bicarakan nanti sebagai referensi bagi guru untuk terus mengembangkan praktik belajar secara mandiri dan berbagi praktik baik," katanya.

Kurikulum Merdeka, kata Nadiem juga lebih sederhana dan mendalam. Di mana Nadiem mendesain materi pada kurikulum itu lebih sedikit.

"Sehingga itu memberikan waktu kepada guru untuk mendalami setiap konsep karena itu yang penting. Bukan kelebaran daripada materi, tetapi kedalaman yang menjadi fokusnya," ujar dia.

Pada kurikulum ini, Nadiem meminta sekolah memastikan betul anak-anak dapat mendalami materi hingga tuntas. Tak perlu terburu-buru berganti materi pembelajaran hanya demi mengejar target pembelajaran.

"Lebih menenangkan juga bagi para murid-murid, tidak stres mereka terus karena mereka belum mengerti suatu konsep sudah harus dipaksa pindah ke pembahasan berikutnya," ujar Nadiem.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Otonomi Sekolah

Kurikulum Merdeka juga memberikan keleluasaan bagi sekolah untuk mengembangkan dan mengelola kurikulum dan pembelajaran sesuai dengan karakteristik sekolah dan para siswanya.

Nadiem juga memastikan bahwa pada Kurikulum Merdeka tidak ada lagi peminatan di jenjang SMA. Mereka, para peserta didik diberikan kebebasan untuk memilih mata pelajaran sesuai minat.

"Tidak ada lagi jurusan ya, kejuruan atau peminatan. Peserta didik bisa memilih mata pelajaran sesuai minat, bakat dan aspirasinya di 2 tahun terakhir SMA," kata dia.

Pengkotak-kotakan antara IPA dengan IPS dipastikan akan dihilangkan jika sekolah mengadopsi kurikulum tersebut. Skema seperti ini, menurut Nadiem sudah banyak diaplikasikan pada kurikulum di negara-negara lain.

Pada Kurikulum Merdeka, para guru juga diberi keleluasaan untuk mengajar sesuai tahapan capaian dan perkembangan para siswa. Mereka tidak dituntut untuk terburu-buru menuntaskan pembelajaran kepada para peserta didik.

Kurikulum Merdeka juga merangsang siswa untuk lebih interaktif. Di mana lewat kurikulum ini Nadiem memberikan ruang adanya proyek bagi siswa. Proyek ini memberikan kesempatan bagi siswa untuk secara aktif mengeksplorasi isu-isu aktual.

"Kita memberikan ruang di dalam kelas untuk project based yang sangat besar, kenapa relevan? Karena ini adalah skill-skill yang akan dibutuhkan anak itu pada saat dia keluar. Dia harus bisa bekerja secara kelompok, dia harus bisa menghasilkan suatu hasil karya, di harus bisa berkolaborasi dan memikirkan hal-hal secara kreatif," papar Nadiem.

Nadiem mengatakan Kurikulum Merdeka baru diberlakukan secara nasional pada 2024 mendatang. Selama dua tahun ini, pihaknya tidak memaksa sekolah untuk menerapkan Kurikulum Merdeka. Saat ini Kurikulum Merdeka hanya bersifat pilihan disanding dengan Kurikulum 2013 dan Kurikulum Darurat.

"Jadi kita mengikuti filsafat kemerdekaan ya, Merdeka Belajar dan kita memberi sekolah tiga opsi (kurikulum) ya sesuai dengan kesiapannya masing-masing," kata dia.

Nadiem bilang bahwa sekolah juga bisa menerapkan Kurikulum Merdeka secara bertahap.

"Satuan pendidikan ini bisa mengimplementasikan Kurikulum Merdeka ini secara bertahap tidak perlu 100 persen langsung diterapkan, kita berikan fleksibilitas," katanya.

Menurut Nadiem Kurikulum Merdeka ini sebelumnya telah diuji-cobakan pada 2.500 sekolah penggerak. Sekolah-sekolah tersebut terdiri dari semua jenjang, yakni mulai dari TK, SD, SMP, dan SMA.

Untuk mengukur kesiapan sekolah menerapkan Kurikulum Merdeka, Nadiem bilang pihaknya akan memberikan angket pada sekolah.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya