Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah melanjutkan insentif Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP) Rumah selama sembilan bulan hingga September 2022. Hal itu menjadi katalis positif untuk sektor properti.
Namun, pada saat bersamaan, terdapat sentimen kenaikan suku bunga. Pengamat Pasar dari Asosiasi Analis Efek Indonesia, Reza Priyambada menilai, kenaikan suku bunga tersebut bisa menghambat sentimen positif dari perpanjangan PPN DTP Rumah.
Advertisement
"Akan ada dua sentimen yang bertolak belakang pada pergerakan saham-saham properti. Tentunya pelaku pasar akan kembali melihat sejauh mana demand dari masyarakat terhadap properti," kata Reza kepada Liputan6.com, Jumat (11/2/2022).
Untuk rumah tapak dan apartemen, Reza menyebutkan kemungkinan permintaan masih tinggi. Namun, untuk lahan industri hingga high rise building dan perkantoran harus dicek lagi.
"Dari sini nantinya pelaku pasar bisa memilah saham mana yang masih ada potensi untuk bertumbuh," ujar dia.
Senada, Pengamat pasar modal sekaligus Founder Bageur Stock, Andy Wibowo Gunawan menilai, perpanjangan insentif disertai potensi kenaikan suku bunga akan memberikan katalis beragam untuk sektor properti dalam jangka pendek.
"Strategi sahamnya tergantung kepada karakter masing-masing investor. Apabila investor yang memiliki horison investasi jangka pendek bisa mengambil kesempatan untuk ada posisi di sektor properti ketika ada katalis positif,” kata Andy.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Sektor Properti Bakal Lebih Baik pada 2022
Sebelumnya, Senior Associate Director Investment Service Colliers International Indonesia, Aldi Garibaldi menjelaskan prospek sektor properti akan lebih baik pada 2022 dibandingkan periode 2020-2021.
Khusus segmen properti berbasis Transit Oriented Development (TOD) juga akan banyak diminati karena mampu mempermudah mobilisasi masyarakat dengan transportasi publik terutama kereta.
"Pemilik apartemen tidak perlu membeli mobil atau motor sehingga dapat mengurangi cost of living," kata Aldi.
Belajar dari kota-kota lain di dunia, Aldi menilai konsep apartemen yang dekat dengan stasiun MRT mempunyai level premium 20 persen lebih tinggi dibanding hunian yang jauh dari stasiun MRT. Kondisi ini juga akan turut mempengaruhi persepsi investor terhadap saham perusahaan properti.
Menurutnya, investor akan cenderung melirik pengembang properti dengan diversifikasi produk yang baik dan keunikan model bisnis, termasuk salah satunya properti berbasis transportasi massal.
Advertisement