Mengintip Kesiapan Industri Petrokimia Menuju Net Zero Emission

Di Indonesia, pemerintah telah menetapkan target Net Zero Emission di 2060.

oleh Liputan6.com diperbarui 12 Feb 2022, 00:38 WIB
Ilustrasi emisi karbon (unsplash)

Liputan6.com, Jakarta Keberlanjutan ekosistem lingkungan bumi sudah semakin menjadi perhatian global. Di Indonesia, pemerintah telah menetapkan target Net Zero Emission di 2060.

Salah satu industri yang disoroti untuk turut menekan emisinya adalah industri petrokimia. Pasalnya, industri petrokimia merupakan industri di sektor hulu yang menyediakan hampir seluruh bahan baku industri hilir seperti industri plastik, tekstil, cat, kosmetik, hingga farmasi, dengan melalui proses produksi yang memanfaatkan energi.

Oleh karena itu, industri petrokimia digadang-gadang menjadi sebuah industri yang dinilai paling tepat untuk bertransformasi menjadi industri hijau dan berkelanjutan guna mendukung target Indonesia bebas emisi karbon di tahun 2060 yang diwujudkan dalam dokumen yang dinamakan nationally determined contribution (NDC).

Praktik Net Zero Emission (NZE) yang dilakukan adalah melakukan penyerapan terhadap gasrumah kaca dalam jumlah yang sama atau lebih besar dari emisi yang dihasilkan. Sebagaimana yang dipaparkan dalam webinar diskusi publik Indonesia Net Zero Emission 2060, Transformasi Industri Petrokimia Menjadi Industri Hijau, industri petrokimia berperan signifikan dalam upaya pencapaian bebas emisi karbon, bahkan sebagai penentu keberhasilan tercapainya bebas emisi karbon yang tertera dalam persetujuan paris (Paris Climate Agreement).

Dengan demikian, kesiapan pelaku industri menerapkan prinsip keberlanjutan dalam menjalankan bisnis hingga tercipta industri yang lebih hijau perlu diperhatikan, terutama di industri petrokimia mengingat peran vitalnya yang mendukung tercapainya ketahanan pangan dan menjadi katalisator ekonomi pada level nasional maupun global.

Sebagai salah satu pemain utama di industri petrokimia Indonesia, PT Pupuk Kalimantan Timur (Pupuk Kaltim/PKT) siap menjadi pionir transformasi industri petrokimia menjadi industri hijau.

Direktur Utama Pupuk Kaltim Rahmad Pribadi mengungkapkan bahwa terciptanya industri hijau dapat dilakukan dengan mengintegrasikan berbagai upaya yang sudah tertera dalam roadmap PKT agar lebih hijau dan berkelanjutan. 

"Kami di Pupuk Kaltim melihat kedepannya perusahaan tidak hanya dituntut menjadi lebih produktif tetapi juga lebih ramah lingkungan. Halini tertuang di roadmap 40 tahun kedua PKT yang akan fokus ke arah industri petrokimia yangberbasis renewable," kata Rahmad dalam keterangan tertulis di Jakarta, Jumat (11/2/2022).

"Roadmap tersebut akan terus kami kembangkan dengan fokus pada 3 pondasi utama, yaitu efisiensi energi lewat digitalisasi, diversifikasi usaha dengan bahan baku energi terbarukan dan melakukan praktik ekonomi sirkular guna memanfaatkan emisi produksi menjadi komoditas bisnis baru seperti soda ash. Praktik-praktik ini tidak hanya sebagai upaya mengurangi jejak karbon, tetapi dapat memberikan dampak keberlanjutan dan multiplier effect positif baik bagi perusahaan, masyarakat sekitar, maupun negara," lanjut dia.

Dalam upaya pengurangan jejak karbon, Rahmad juga menjelaskan bahwa saat ini PKT sudahmemulai penggunaan biomassa sebagai sumber energi alternatif yang lebih ramah lingkungan,sebagai campuran pembangkit listrik boiler batubara. Melalui praktik ini, diperkirakan dapat mengurangi emisi pabrik hingga 5,4 persen.

Selain itu, Langkah lain yang telah dilakukan PKT adalah reaktivasi pabrik urea Proyek Optimasi Kaltim (POPKA-2) yang berpotensi mengurangi emisi 3,4 perse atau sebesar 145.408 ton CO2 per tahun, juga menyiapkan kapasitas penyimpanancarbon storage sebesar 130 MM ton CO2 atau sekitar 21 persen dari total potensi penyimpanan karbon di Indonesia.

Selain upaya inovasi yang dilakukan perusahaan, PKT juga secara aktif turut mengembangkan keterlibatan masyarakat sekitar melalui kehutanan dengan mengajak mereka untuk menanam tanaman yang mampu menyerap lebih banyak CO2 seperti mangrove, matoa, mahoni, durian, dan lainnya secara bersama-sama. Selain dapat mengurangi gas emisi karbon, dengan adanya kegiatan ini pun mampu memberikan nilai tambah dengan memanfaatkannya menjadi produklain seperti kosmetik, makanan, dan lainnya.

“Kami mengembangkan budaya ramah lingkungan sebagai bagian dari program Environment,Social, and Governance (ESG) perusahaan. Kedepannya, PKT menargetkan untuk menanam50,000 jenis pohon/tahun yang diantaranya merupakan tanaman mangrove yang mampu menyerap karbon hingga 37,500 ton per tahun. Program penanaman ini pun nantinya akan terus berekspansi ke wilayah yang lebih luas agar carbon capture atau storage secara biologis tidak hanya terfokus di satu tempat. Dengan demikian, tidak hanya serapan karbon emisinya, tapi keuntungan bagi masyarakat pun dapat tercapai” jelas Rahmad.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Budaya Ramah Lingkungan

Pabrik Pupuk Kaltim

Disisi lain, pembentukan budaya ramah lingkungan dalam internal perusahaan juga mampumengakselerasi terciptanya industri hijau dengan praktik hidup yang lebih ramah lingkungan.

Peran perusahaan dalam menumbuhkan semangat tersebut dapat melalui berbagai hal,diantaranya adalah membuat kompetisi mengenai carbon offset bagi karyawan sebagaimanayang dilakukan oleh Pupuk Kaltim. Selanjutnya, karyawan didorong untuk menggunakankendaraan listrik dalam kegiatan operasional yang tentunya perlu difasilitasi oleh perusahaan.

"Dengan membiasakan karyawan menggunakan kendaraan listrik dalam bekerja, dapatmengurangi karbon hingga 23,78 ton /tahun yang tentunya berkontribusi cukup signifikandalam pengurangan gas buangan dibandingkan masih menggunakan kendaraan yangberbahan bakar bensin atau solar” ujar Rahmad.

Guna menghasilkan dampak nyata yang lebih terukur, pelaku industri perlu melakukanpengukuran emisi yang dikeluarkan sehingga dapat melakukan penataan serta penentuanstrategi yang perlu dilakukan agar menjadi industri yang lebih hijau.

Terus berinovasi dalamupaya penurunan gas emisi rumah kaca dan juga menerapkan sikap adaptif terhadapdampak-dampak perubahan iklim merupakan ciri dari industri masa depan yang peduli akankeberlanjutan.

“Peran proaktif dari pelaku industri khususnya petrokimia dalam mengurangi gas emisi karbonperlu semakin digencarkan. Dengan konsistensi dalam penerapan berbagai upayapengurangan gas buangan serta rutin melakukan evaluasi, Pupuk Kaltim siap dan optimismampu mencapai target untuk mengurangi emisi gas karbon hingga 32,51 persen pada 2030," terangnya.

"Kami berharap dengan aksi nyata kami, dapat menginspirasi pihak lain dari sektor sejenis maupunsektor lainnya untuk bersama-sama bertransformasi menjadi industri yang lebih hijau. Dengandemikian, bukan tidak mungkin di tahun 2060, Pupuk Kaltim serta industri lainnya akanmencapai net zero emission serta mendukung target pemerintah," tutup Rahmad.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya