Wall Street Tersungkur Imbas Ketegangan Rusia-Ukraina

Pergerakan wall street sebagian besar mendatar jelang akhir pekan. Namun, berita utama terkait Ukraina memicu trader jual saham.

oleh Agustina Melani diperbarui 12 Feb 2022, 07:19 WIB
Ekspresi pialang Michael Gallucci saat bekerja di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street jatuh ke zona bearish setelah indeks Dow Jones turun 20,3% dari level tertingginya bulan lalu. (AP Photo/Richard Drew)

Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street melemah pada perdagangan Jumat, 11 Februari 2022 seiring meningkatnya ketegangan antara Ukraina dan Rusia. Hal itu mendorong lonjakan harga minyak dan menyebabkan investor melepas aset berisiko seperti saham.

Pergerakan wall street sebagian besar mendatar jelang akhir pekan. Namun, berita utama terkait Ukraina memicu trader jual saham dan membeli surat berharga AS.

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks Nasdaq merosot 2,78 persen ke posisi 13.791,15. Indeks S&P 500 susut 1,9 persen menjadi 4.418,64. Indeks Dow Jones jatuh 503,53 poin atau 1,43 persen menjadi 34.738,06. Seiring koreksi yang terjadi menjelang akhir pekan ini mendorong tiga indeks acuan merosot pada pekan ini.

Wall street melemah tajam pada perdagangan Jumat sore setelah lonjakan harga minyak yang tampaknya terkait meningkatnya kekhawatiran tentang Rusia yang mengambil tindakan miliater terhadap Ukraina.

Dengan jam perdagangan tersia dua jam, Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan menuturkan, pihaknya melihat tanda-tanda ketegangan Rusia di perbatasan Ukraina dan ada kemungkinan invasi dapat terjadi selama olimpiade, meski ada spekulasi, sebaliknya.

Baik Amerika Serikat dan Inggris telah meminta warganya untuk meninggalkan Ukraina sesegera mungkin. Sullivan mencatat, AS tidak yakin Presiden Rusia Vladimir Putin telah membuat keputusan akhir untuk menyerang Ukraina. Ia menuturkan, hal itu mungkin segera terjadi.

Wall street pun keluar dari posisi terendah, harga minyak dan obligasi keluar dari posisi tertinggi dalam sesi perdagangan seiring komentar dari Sullivan yang sedikit melawan laporan sebelumnya yang telah membuat pasar terguncang.

"Berita utama Ukraina memang memiliki “sedikit” hubungan dengan aksi jual," ujar Art Cashin dari UBS dilansir dari CNBC, Sabtu (12/2/2022).

Ia menambahkan, sejumlah trader mengamati berita utama jelang akhir pekan. "Saya pikir itu benar karena the Fed sepertinya tidak punya rencana,” tutur dia.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Gerak Saham di Wall Street

Pasar Saham AS atau Wall Street.Unsplash/Aditya Vyas

Sejumlah saham pertahanan bergerak lebih tinggi setelah berita utama Ukraina melintas. Saham Northrop Grumman melonjak 4,5 persen. Saham Lockheed Martin bertambah 2,8 persen. Harga minyak melonjak dengan West Texas Intermediate (WTI) berjangka naik 4 persen.

Saham energi menguat terdorong kenaikan harga minyak. Saham Diamonback Energy naik hampir 4 persen, saham Devon Energy bertambah 3,6 persen. Saham Exxon Mobil dan ConocoPhillips masing-masing naik 2,5 persen dan 2,3 persen.

Saham perjalanan seperti maskapai turun tajam. Saham American Airlines turun hampir 6 persen. Saham Expedia susut lebih dari dua persen setelah pendapatan kuartal IV yang lebih kuat dari perkiraan sehingga mendorong saham menguat pada awal perdagangan.

“Saham mungkin tertekan di kisaran 10 persen karena investor menjual terlebih dahulu dan mengajukan pertanyaan kemudian. Growth stock dan defensive akan mengungguli pada awalnya, tetapi kami menduga nilai dan siklus berada pada posisi terbaik untuk pemulihan siklus global,” ujar Chief Investment Officer Comerica Wealth Management.

Ia mendorong investor untuk mematuhi strategi jangka panjang selama volatilitas jangka pendek. 

Saham semikonduktor yang sebagian besar bergejolak seiring masalah rantai pasokan yang disebabkan oleh COVID-19 berkinerja buruk pada Jumat pekan ini. Saham Advanced Micro Devices dan Xlinnx turun 10 persen.

Di sisi lain, saham Newell Brands melonjak 11 persen pada Jumat pekan ini setelah perusahaan mengalahkan prediksi kinerja. Saham Under Armour turun lebih dari 12 persen setelah menyoroti masalah rantai pasokan.


Sentimen Imbal Hasil Obligasi AS

(Foto: Ilustrasi wall street. Dok Unsplash/lo lo)

Di pasar obligasi, imbal hasil surat berharga AS merosot setelah berita Ukraina.Adapun volatilitas pekan ini di pasar obligasi setelah rilis inflasi yang lebih panas dari perkiraan pada Kamis pekan ini mendorong Presiden the Fed St Louis James Bullard menyerukan percepatan kenaikan suku bunga pada awal Juli.

Namun, pejabat the Fed mengatakan tidak harapkan kenaikan suku bunga 50 basis poin pada Maret akan tetap. The Fed biasanya menaikkan suku bunga 25 basis poin. Presiden Fed Atlanta, Richmond dan San Francisco menolak gagasan kenaikan ganda.

Goldman Sachs mengubah harapan untuk the Fed pada 2022. Goldman Sachs sebut tujuh kali kenaikan suku bunga dalam upaya untuk mendinginkan ekonomi yang telah hasilkan inflasi lebih tinggi daripada yang diantispasi pembuat kebijakan.

“The Fed jelas berada di belakang kurva. Itu harus menaikkan suku bunga lebih dari yang diperkirakan pasar. Kecurigaan saya adalah mereka akan terus menaikkan suku bunga hingga terjadi sesuatu yang selalu terjadi,” ujar CEO DoubleLine Heffrey Gundlach.

Imbal hasil obligasi 10 tahun menembus di atas dua persen pada Kamis pekan ini untuk pertama kalinya sejak 2019, turun kembali ke sekitar 1,92 persen pada Jumat pekan ini. Imbal hasil berlawanan dengan harga.

ETF VanEck Rusia turun lebih dari tujuh persen menunjukkan aksi jual di Amerika Serikat dapat menyebar ke saham luar negeri pekan depan. Rubel Rusia juga melemah terhadap dolar AS. Sentimen negatif lainnya dari bidang ekonomi dengan pembacaan sentimen konsumen awal di Universitas Michigan pada Februari 61,7 dari sebelumnya 67,2.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya