Afirmasi Rating Moody’s Jadi Bukti Pemerintah Mampu Jaga Optimisme Investor Asing

Lembaga pemeringkat Moody’s menyampaikan proyeksi rata-rata pertumbuhan ekonomi Indonesia untuk dua tahun ke depan akan kembali kepada level sebelum pandemi.

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 12 Feb 2022, 12:30 WIB
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto. (Sumber: ekon.go.id)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, pemerintah bersama seluruh stakeholders telah berhasil menjaga optimisme investor asing. Hal ini terbukti dengan keputusan lembaga pemeringkat Moody's, kembali mempertahankan Sovereign Credit Rating Republik Indonesia pada peringkat Baa2 dengan outlook stabil pada 10 Februari 2022.

"Afirmasi rating ini menjadi salah satu validasi bagi pemerintah untuk terus mengimplementasikan pelaksanaan UU Cipta Kerja, sambil tetap menindaklanjuti keputusan Mahkamah Konstitusi. Operasionalisasi peraturan turunan di semua sektor, baik di pusat maupun daerah, akan terus dilakukan,” ujar Airlangga Hartarto dalam keterangan tertulis, Sabtu (12/2/2022).

Salah satu implementasi UU Cipta Kerja yang akan memberikan manfaat terhadap ekonomi Indonesia adalah operasionalisasi Indonesia Investment Authority (INA). Kehadiran dan operasionalisasi INA pada 2022 diyakini akan mampu menjawab berbagai tantangan dalam menarik investasi ke Indonesia dan akan menjadi daya tarik tersendiri, baik bagi investor asing maupun domestik.

Lembaga pemeringkat Moody’s juga menyampaikan proyeksi rata-rata pertumbuhan ekonomi Indonesia untuk dua tahun ke depan akan kembali kepada level sebelum pandemi yaitu mencapai 5 persen, dimana rata-rata tersebut lebih tinggi dibandingkan negara-negara lain yang berada pada peringkat yang sama. Proyeksi ini memberikan optimisme bagi pencapaian target pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2022 sebesar 5,2 persen.

“Pencapaian ini semakin memberikan prospek yang baik terhadap ekonomi Indonesia di tahun 2022. Terjaganya rating investasi Indonesia akan menjadi modal awal untuk mempercepat perbaikan iklim investasi melalui reformasi struktural sehingga dapat mendorong peningkatan investasi sekaligus penciptaan lapangan kerja di tahun 2022,” ujar Airlangga.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Komitmen Pemerintah

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto

Berbagai indikator ekonomi juga mendukung prospek pemulihan ekonomi. Di awal Februari lalu, IHS Markit telah merilis bahwa level Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur Indonesia tetap berada di zona ekspansif dan mengalami peningkatan ke level 53,7 pada laporan Januari 2022. Peningkatan aktivitas manufaktur ini mencerminkan respon peningkatan produksi oleh produsen terhadap peningkatan permintaan domestik.

“Ke depannya permintaan domestik diharapkan semakin menguat, yang tercermin dari Indeks Keyakinan Konsumen pada Januari 2022 mengalami peningkatan ke level 119,6. Hal ini juga mengindikasikan optimisme konsumen terhadap kondisi ekonomi kian solid,” kata Menko Airlangga.

Dalam meningkatnya keyakinan konsumen pada Januari 2022, hal ini juga didorong oleh membaiknya persepsi konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini, terutama persepsi terhadap penghasilan saat ini dan pembelian barang tahan lama (durable goods). Sejalan dengan membaiknya persepsi terhadap kondisi ekonomi, ekspektasi konsumen terhadap kondisi ekonomi mendatang juga tercatat membaik pada seluruh indeks pembentuknya.

“Pemerintah berkomitmen untuk terus menjaga sinergi pemulihan ekonomi yang terjadi antara sisi supply dan demand,” pungkas Airlangga.


Moody's Pertahankan Peringkat Utang Indonesia

Lembaga pemeringkat Moody's kembali mempertahankan peringkat utang atau Sovereign Credit Rating Indonesia pada peringkat Baa2, satu tingkat di atas investment grade, dengan outlook stabil.

Melansir keterangan Moody's, Jumat (11/2/2022), afirmasi peringkat tersebut didukung ketahanan ekonomi yang berkelanjutan dan ekspektasi efektivitas kebijakan moneter dan makroekonomi akan tetap terjaga, meski mengandung risiko seiring dengan kenaikan suku bunga global.

 "Menyusul pukulan pertumbuhan ekonomi dari pandemi, Moody's memperkirakan aktivitas ekonomi akan kembali ke rata-rata historisnya pada tahun 2023, dengan pertumbuhan bertahan pada tingkat tersebut setelahnya," mengutip penjelasan Moody's di laman resminya.

Moody's berharap reformasi struktural yang baru-baru ini disahkan akan mendukung daya saing investasi dan ekspor, dan membatasi kerusakan ekonomi apa pun.

Dikataka peringkat Baa2 juga mempertimbangkan kekuatan fiskal yang relatif lemah. Secara khusus, keterjangkauan utang sangat lemah, meskipun pemerintah telah mempertahankan rasio utang terhadap PDB pada tingkat yang jauh di bawah negara-negara dengan peringkat yang sama.

"Reformasi pendapatan yang baru-baru ini disetujui dan rencana menuju normalisasi fiskal akan mendukung stabilisasi beban utang pada tahun 2023," kata dia.

Prospek stabil mencerminkan risiko yang seimbang. Moody's mengharapkan reformasi untuk dilaksanakan secara bertahap, dengan beberapa penundaan atau perbaikan yang mungkin terjadi, secara keseluruhan mempertahankan pertumbuhan dan metrik fiskal pada tingkat saat ini.

Reformasi yang secara material kurang lebih efektif daripada yang diasumsikan saat ini akan berimplikasi pada profil kredit Indonesia.

Harapan dasar Moody juga untuk langkah-langkah fiskal dan moneter yang diambil dalam menanggapi pandemi - khususnya pembiayaan defisit fiskal bank sentral - akan dinormalisasi atau dibalik pada akhir tahun ini, sejalan dengan target pemerintah.

"Keluarnya kebijakan yang efektif akan menginformasikan kredibilitas kebijakan secara keseluruhan, dengan implikasi bagi kepercayaan investor asing, arus utang, mata uang dan inflasi," penjelasan Moody's.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya