Melihat Potensi Pasar Modal Indonesia di Tengah Pemulihan Ekonomi

Ekonomi Indonesia mulai pulih setelah menghadapi pandemi Covid-19, bagaimana dampaknya untuk pasar modal Indonesia?

oleh Gagas Yoga Pratomo diperbarui 13 Feb 2022, 07:00 WIB
Pekerja membersihkan kaca gedung bertingkat di Jakarta, Jumat (26/02/2021). BP Jamsostek menekankan dua aspek penting terkait pandemi Covid-19, yakni isu kesehatan dan perekonomian dengan jaminan sosial bagi para pekerja dan penerapan K3. (Liputan6.com/Fery Pradolo)

Liputan6.com, Jakarta - Beberapa negara di Eropa mulai memasuki masa pemulihan setelah melewati pandemi Covid-19 yang telah terjadi hampir dua tahun terakhir ini. 

Beberapa contohnya seperti Denmark, Swiss, dan Prancis yang mulai memperbolehkan masyarakatnya melepas masker dan tidak perlu melakukan social distancing lagi. Bahkan bank besar di dunia hingga Bursa Efek New York yang memperbolehkan pegawai tidak menggunakan masker di lingkungan kantor. 

Di sisi lain, Bank sentral Amerika Serikat (The Fed) memasuki kondisi Hawkish yang berencana akan menaikkan suku bunga pada Maret mendatang. 

Di Indonesia sendiri pertumbuhan ekonomi cukup baik yang di mana tingkat ekonomi diperluas sebesar 5,02 persen YoY selama 2021. Beberapa sektor ekonomi di Indonesia juga menguat misalnya penjualan retail hingga manufacture. 

Meskipun begitu, dari sektor finansial ada sedikit pelemahan sejak kuartal ketiga 2021 karena Bank Indonesia cenderung mengurangi likuiditas dari sektor perbankan di Indonesia.

Head of Advisory & Investment Connoisseur, PT. Moduit Digital Indonesia, Manuel Adhy Purwanto menuturkan, dari sisi inflasi Indonesia masih positif.

“Sejauh ini inflasi di Indonesia masih positif, kemungkinan di akhir tahun akan mencapai 3 persen,” ujar Manuel, dalam webinar yang digelar Indonesia Investment Education, ditulis Minggu (13/2/2022).

Menurut Manuel, dengan perkembangan ekonomi yang baik akan berpengaruh kepada pasar modal Indonesia, terutama bagi perusahaan-perusahaan yang tahun ini sedang menguat. 

Pandemi Covid-19 varian Omicron juga menurut dia tidak akan banyak mempengaruhi ekonomi di Indonesia karena tidak seberbahaya varian sebelumnya.

Selain itu, sampai saat ini ancaman yang mungkin berdampak bagi ekonomi Indonesia adalah dari tekanan eksternal. Salah satunya soal kenaikan suku yang akan dilakukan The Fed. 

“Kalau The Fed benar menaikkan suku bunga pada maret mendatang sebesar 0,50 maka kemungkinan Indonesia juga harus menaikkan suku bunganya,” ujar Manuel. 

 

 

 

 
 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


IHSG Bakal Fluktuaktif

Pejalan kaki melintas dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di kawasan Jakarta, Senin (13/1/2020). IHSG sore ini ditutup di zona hijau pada level 6.296 naik 21,62 poin atau 0,34 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Adapun jika dilihat dari 2022 yang memasuki tahun Macan Air, Ahli Feng Shui dan Chinese Metaphysics Expert, Gayuh Prasestyo Tjokrosoeharto menuturkan, IHSG akan sangat fluktuatif pada 2022. 

"Jika dilihat berdasarkan grafik dari bulan pertama hingga kedua 2022 IHSG terlihat menguat, kemudian bulan ketiga akan kembali turun dan bulan keempat kembali naik lagi,” kata Gayuh. 

Gayuh juga menambahkan beberapa saham perusahaan dari sektor yang berhubungan dengan logam, tanah, dan air memiliki prospek yang baik pada tahun Macan Air ini. Misalnya seperti sektor pertambangan ada ANTM, INCO, dan MDKA. Kemudian dari sektor perbankan ada BBCA, BBRI, dan BBNI. Lalu untuk sektor perkebunan ada LSIP AALI, dan DSNG. 

Sedangkan menurut Gayuh pada tahun Macan Air ini sebaiknya dihindari untuk saham dari perusahaan yang berhubungan dengan api seperti bahan bakar, rokok, hingga broadcaster. 

 


Potensi Kripto dan Bitcoin

Ilustrasi bitcoin dan ethereum (Foto: Unsplash/Thought Catalog)

Tak hanya itu, Gayuh juga sempat menyinggung soal kripto seperti Bitcoin dan juga NFT. Dia menilai, Bitcoin dan NFT juga bisa mendapatkan keuntungan pada 2022, asalkan para investor tetap hati-hati. 

Sependapat dengan Gayuh, Manuel juga mengatakan bahwa Bitcoin bisa menjadi aset pendukung layaknya emas. 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya