Liputan6.com, Jakarta - Meski varian Omicron memiliki gejala yang relatif lebih ringan, Guru Besar FKUI Prof Tjandra Yoga Aditama memperingatkan masyarakat agar tetap waspada.
Tjandra menyebut, tingkat penularan Omicron yang tinggi tetap bisa membuat rumah sakit terbebani.
Advertisement
"Karena tingkat penularannya tinggi sekali, tetap bisa membuat rumah sakit terbebani karena jumlah kasusnya tinggi, bukan karena beratnya," ujar Tjandra, Minggu (13/2), dilansir Antara.
Penularan Omicron masih terus terjadi di banyak negara. Meski sebagian yang mengalaminya adalah orang tanpa gejala (OTG) dan gejala ringan, tetap ada pula korban jiwa. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut, dalam 10 pekan sudah ditemukan 90 juta kasus varian Omicron.
Tjandra mengatakan, reinfeksi pun lebih sering terjadi pada varian Omicron berdasarkan bukti-bukti bahwa varian ini dapat menembus imunitas pada orang yang pernah sakit.
Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara ini kembali mengingatkan pentingnya vaksinasi booster agar efikasi vaksin yang sudah turun menjadi naik.
Kasus Omicron di bergagai negara sudah mulai turun setelah melewati 1-2 bulan sejak awal kasus mulai naik. Namun, ada juga negara-negara dengan jumlah kasus Omicron yang masih terus bertambah.
Tjandra berharap kasus di Indonesia jika pun naik tidak terlalu tinggi.
"Kita berharap kalau naik tidak terlalu tinggi kasusnya dan bisa segera turun," ujarnya.
Gejala Omicron
Gejala pada pasien Omicron di RSUP Persahabatan menunjukkan batuk kering sebagai yang paling banyak terlihat, yakni 63 persen. Berikutnya adalah:
- Nyeri tenggorokan (54 persen)
- Pilek (27 persen)
- Sakit kepala (36 persen)
- Letih dan nyeri otot (60 persen)
- Nyeri perut (5 persen)
- Demam (18 persen)
Tjandra menyebut, pada varian terdahulu gejala yang dominan adalah demam. "Dulu orang-orang ke RS dalam keadaan menggigil, sekarang keluhannya lebih ke saluran napas atas."
Terkait pandemi COVID-19, Tjandra mengingatkan masyarakat untuk tetap menerapkan protokol kesehatan, segera memeriksakan diri ketika bergejala, atau kontak erat dengan orang yang terinfeksi. Lalu, bila terbukti positif segera memberi tahu orang-orang yang pernah berkontak.
Pemerintah pun diharapkan meningkatkan serta mempermudah tes, serta menggiatkan telusur (trace).
Vaksinasi pun penting dalam menghadapi COVID-19. Masyarakat diharap agar mau diberi vaksin yang tersedia, sementara pemerintah diharapkan mempermudah vaksinasi dan peningkatan vaksinasi lansia.
Advertisement