Liputan6.com, Jakarta - Pasar keuangan Indonesia akan alami volatilitas jangka pendek selama kekhawatiran kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve (the Fed).
Mengutip riset PT Ashmore Asset Management Indonesia, inflasi AS tercatat 7,5 persen yoy pada Januari, banyak ekonom percaya the Fed akan mengambil langkah yang mendesak dengan menaikkan suku bunga acuan dua kali pada Maret dan sesudahnya.
"Setelah menanggalkan faktor volatile bahan bakar dan makanan, inflasi tetap tinggi 6 persen. Namun, banyak juga yang mencatat kecepatan inflasi bulanan telah menurun dalam beberapa laporan terakhir, menyiratkan puncaknya mungkin di belakang kita," demikian mengutip riset Ashmore Asset Management Indonesia, ditulis Minggu (13/2/2022).
Baca Juga
Advertisement
Sementara itu, pemerintah AS menargetkan inflasi 3 persen pada 2022. Lalu bagaimana dampaknya untuk jangka pendek?
Dengan konsensus saat ini mengharapkan the Federal Reserve untuk menaikkan tarif 50 basis poin pada Maret 2022. Kemudian 25 basis poin, dan setidaknya ada kenaikan suku bunga lima kali dalam setahun.
Hal ini dapat mengurangi ekonomi yang terlalu panas dari pertumbuhan upah yang tinggi dan inflasi jangka pendek.
"Selama kekhawatiran terhadap kenaikan suku bunga, kita mungkin melihat pasar seperti Indonesia akan bergejolak dalam jangka pendek. Hingga kini, aliran dana investor asing tetap solid masuk ke Indonesia,” demikian mengutip riset tersebut.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Bakal Ada Volatilitas
Selama kekhawatiran kenaikan suku bunga sebelumnya, indeks MSCI Emerging Markets (EM) turun 7 persen dan indeks MSCI global susut 20 persen. Sementara itu, selama periode suku bunga naik, MSCI EM naik 29 persen dan global 11 persen.
"Seperti saat ini mendekati kenaikan, mulai Maret 2022, setiap volatilitas jangka pendek yang memberi tekanan pada emerging markets, akan menjadi titik masuk yang menarik," demikian mengutip riset tersebut.
Selain itu, Indonesia menarik seiring kondisi makro ekonomi lebih baik dan strategi terbaik untuk mengambil kesempatan investor kembali masuk pasar keuangan Indonesia.
Advertisement