Liputan6.com, Jember - Suro (57), warga sekitar Pantai Payangan Jember, yang menjadi saksi mata mengatakan awalnya rombongan ritual melaksanakan kegiatan jauh dari bibir pantai. Namun tidak berselang lama mereka justru bergeser ke pinggir pantai.
“Saya kan pada saat itu melihatnya. Tapi saya perhatikan lagi tidak berselang lama mereka pindah ke pinggir pantai," ujarnya, Senin (14/2/2022).
Advertisement
Kata Suro, mereka pindah ke Pinggir pantai itu dengan cara bergandengan tangan. Para jamaah laki–laki ada di depan dan perempuanya ada di belakang.
"Mereka bergesernya itu, dengan cara bergandengan tangan. Jemaah laki-lakinya ada di depan dan perempuanya di belakang. Kayak melindungi gitu jamaah laki- lakinya. Saya mengira mereka memang sengaja mau mandi," kata Suro.
Setelah tiba di bibir pantai, tiba-tiba ada ombak besar yang menghantamnya. Dan akhirnya para jemaah ritual tersebut, terseret ombak ke tengah laut.
Kata Suro, tempat yang digunakan untuk kegiatan ritual tersebut memang terkenal tempat yang sangat berbahaya di Pantai Payangan. Peristiwa serupa tidak hanya satu kali saja, akan tetapi juga terjadi sudah berulang kali.
“Di tempat itu memang tempat yang sangat berbahaya. Tidak hanya satu kali ini saja peristiwa seperti ini. Tapi sudah berulang kali. Makanya jika berkunjung ke Pantai Payangan jangan ke tempat itu, sangat berbahaya lebih baik memilih tempat lainya. Kan Pantai Payangan ini luas,”tegas Suro.
Sudah Mendapakan Peringatan
Kapolsek Ambulu Jember AKP Makruf menjelaskan, petugas pantai sudah menghimbau warga untuk tidak ritual dipinggri pantai karena ombaknya cukup besar. Namun puluhan warga tersebut tetap menggelar ritual.
Setelah mendapatkan laporan, polisi dan Tim SAR gabungan dibantu warga segera penyisiran. Dari 23 warga yang terseret ombak 11 orang dinyatakan meninggal dunia, sedangkan 12 lainya berhasil selamat.
"Untuk korban selamat langsung kita larikan ke puskesmas terdekat untuk mendapatkan pertolongan pertama," pungkas Makruf.
Advertisement