, Singapura - Pameran kedirgantaraan terbesar di Asia berlangsung di Singapura pekan ini. Sektor penerbangan berharap 2022 menandai titik balik, di mana sebelumnya aturan pembatasan membuat perusahaan maskapai berjuang untuk bertahan.
Acara pertunjukkan udara terbesar di Asia, Singapore Airshow, yang berlangsung setiap dua tahun akan kembali digelar pada Selasa (15/02). Ratusan maskapai penerbangan, produsen pesawat, dan pelaku industri lainnya akan "unjuk gigi" menampilkan peralatan hingga jaringan terbaru mereka.
Baca Juga
Advertisement
Pandemi COVID-19— telah menjadi krisis terbesar yang pernah menyerang sektor ini — dan masih membayangi, para pemimpin industri mempertanyakan apakah perjalanan udara akan kembali bergeliat di Asia-Pasifik.
Sementara Amerika Serikat dan Eropa telah melonggarkan pembatasan dan tren perjalanan telah pulih, Asia tertinggal jauh di belakang, dengan pelarangan turis asing dan karantina wajib masih berlaku di banyak negara. Namun, ada tanda-tanda positif di tahun 2022, lantaran beberapa wilayah seperti Australia, Selandia Baru, dan Filipina, mencabut larangan pengunjung luar negeri.
"Kami telah melihat pemulihan berangsur sangat baik di Amerika Utara dan Eropa ketika pembatasan dilonggarkan,” kata Kepala Asia-Pasifik Airbus, Anand Stanley, pada sebuah forum sebelum pertunjukkan udara.
"Asia masih harus mengikuti jalur itu. Kami masih memiliki kemiripan dengan rezim berbasis karantina, penutupan perbatasan. Ini harus dicabut agar kebebasan bergerak kembali.”
Association of Asia Pacific Airlines (AAPA) menyoroti lambatnya pemulihan, di mana jumlah penumpang maskapai penerbangan di kawasan itu pada 2021 hanya mengangkut 16,7 juta orang atau hanya 4,4 persen dari volume yang terlihat pada 2019.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Banyak Kendala Untuk Pulih
Meski masih berjuang melawan gelombang Omicron yang ganas, kemungkinan akan ada 600 perusahaan ambil bagian dalam Singapore Airshow, menurun dari 2020 yang mencapai 900.
Peserta yang berpartisipasi akan diminta melakukan tes COVID-19 setiap hari, masyarakat umum dilarang menghadiri serangkaian pertunjukan udara sebagai upaya pihak berwenang mengurangi risiko infeksi, dan sebagai gantinya pertunjukkan aerobatik akan disiarkan secara langsung.
Pemain kunci seperti Boeing, Airbus, dan Rolls-Royce akan menghadiri pameran tersebut, yang akan menjadi kesempatan langka sebagai interaksi langsung dengan pelanggan untuk menghidupkan bisnis baru. Direktur Pelaksana Penyelenggara Pertunjukan Udara Experia, Leck Chet Lam mengatakan, acara tersebut tetap menjadi platform untuk menemukan solusi "sehingga kita bisa siap untuk pemulihan”.
"Kami mulai melihat "tunas hijau" di industri ... Jumlah penumpang naik, frekuensi penerbangan naik,” katanya.
Untuk industri, satu-satunya cara bagi Asia untuk memetakan arah pemulihan semacam itu adalah jika pemerintah akhirnya mencabut pembatasan dan mulai hidup berdampingan dengan COVID-19.
"Kami membutuhkan pemerintah untuk bertindak bersama-sama,” kata Kepala Pembuat Pesawat AS Boeing Asia Tenggara, Alex Feldman.
Mereka harus "mengkoordinasikan dan menyederhanakan persyaratan untuk perjalanan yang aman,” tambahnya.
Analis Endau Analytics yang berbasis di Malaysia, Shukor Yusof mengaku ragu pemulihan akan dimulai tahun ini. "Masih banyak kendala yang harus dihadapi maskapai penerbangan,” katanya kepada AFP.
Advertisement