Liputan6.com, Tasikmalaya - Perjuangan Pajar, remaja tangguh nan asal Desa Nangerang Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, yang mengurusi ibunya yang tengah sakit, sekaligus menjadi kepala keluarga akhirnya terbayar lunas.
Ditinggal ayah yang pergi ke luar kota bertahun-tahun tanpa meninggalkan bekal dan pasokan kebutuhan yang cukup, tak membuat nyali Pajar ciut. Justru sebaliknya, kondisi sulit ini membuat jiwa dan mentalnya ditempa menjadi lebih kuat.
Advertisement
Jika teman sebayanya lebih banyak menghabiskan waktu bercanda gurau dengan penuh ceria, lain halnya dengan Pajar. Ia lebih banyak menghabiskan waktunya menggembala bebek serta menjadi tukang kayu untuk mencari sesuap nasi sebagai bekal hidup dengan bayaran tak seberapa.
Baginya, di tengah penderitaan yang ia alami, memberikan kekuatan untuk menjadi mandiri, menghidupi ibunya seorang diri, yang sejak lama menderita sakit jantung berkepanjangan lebih utama dari semuanya.
Mengetahui kondisi Pajar yang harus berjuang seorang diri, Kapolres Tasikmalaya AKBP Rimsyahtono terketuk hatinya untuk membantu.
Tanpa ragu, ia mengajak polisi lainnya untuk menyambangi rumah sepetak yang sudah reyot tempat Pajar tinggal, untuk berbagi keceriaan, sekaligus memberikan bantuan bagi Pajar dan keluarganya.
"Alhamduliah berkat informasi dari rekan-rekan media, kami datang ke sini bersama rombongan Bhayangkari untuk membantu," ujarnya, Senin (14/2/2022).
Simak video pilihan berikut ini:
Bentuk Kepedulian
Menurutnya, perjuangan dan ketulusan Pajar dalam merawat ibunya yang tengah sakit, mesti mendapatkan balasan dan perhatian dari semua pihak, terutama di tengah keterbatasan ekonomi yang mendera.
"Bantuan ini sebagai bentuk kepedulian dari Polres Tasikmalaya," ujar dia.
Sebagai komandan utama di jajaran Kepolisian Resort Tasikmalaya, aksi mulia Rimsyahtono memiliki andil besar membawa korps Bhayangkara lebih dekat dengan warga, terutama bagi mereka yang membutuhkan uluran tangan.
"Selain sembako, kami juga berikan bantuan berupa sepeda agar Pajar dapat mempergunakannya untuk pergi ke sekolah," kata dia.
Wajar saja, sebab di tengah keterbatasan ekonomi yang menimpanya, Pajar tetap bersemangat untuk mencari ilmu di bangku sekolah menengah pertama, dengan berjalan kaki setiap hari, sebagai bekal hidupnya di kemudian hari.
"Jarak dari rumah ke sekolah sekitar 2 kilometer yang biasa Pajar tempuh dengan berjalan kaki," kata dia.
Advertisement