Liputan6.com, Banyuwangi - Sebanyak 65 mahasiswa terpilih dari 7.370 pendaftar dari berbagai wilayah Indonesia akan mengawali magang merdeka yang merupakan program Kemendikbud Ristek. Mereka akan belajar inovasi pelayanan publik hingga terlibat langsung dalam pengembangan Smart Kampung Banyuwangi.
Tim Seleksi Kampus Merdeka Kemendikbud Ristek Arif Budiman menyatakan, Banyuwangi terpilih sebagai salah satu tempat program tersebut karena memiliki budaya inovasi yang baik.
Advertisement
“Kami bekerjasama dengan perusahaan-perusahaan di Indonesia yang memiliki reputasi nasional dan internasional. Namun, kami juga melibatkan Pemkab Banyuwangi sebagai tuan rumah program ini karena memiliki reputasi dalam inovasi pelayanan publiknya,” paparnya.
Program kampus merdeka di Banyuwangi ini menyasar mahasiswa semester 5 dan 6 dari seluruh Indonesia. Mereka akan magang sejak 14 Februari - 29 Juli 2022. Mereka terbagi dalam lima posisi yang ditawarkan., yaitu analis ekonomi dan penanggulangan kemiskinan, analis informasi sektor publik, a nalis pendidikan dan kesehatan masyarakat, hardware software dan network engineering, serta branding smart kampung.
“Para peserta magang nantinya akan dibimbing oleh mentor-mentor terbaik dari Pemkab Banyuwangi untuk dapat memahami budaya inovasi di Banyuwangi dan ikut serta dalam memetakan dan menyelesaikan permasalahan yang ada di tengah masyarakat,” imbuh Arif.
Timba Ilmu
Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani yang membuka Kick Off Magang Merdeka merasa senang dengan ditunjuknya Banyuwangi sebagai salah satu tempat pelaksanaan program tersebut.
"Semoga nanti para peserta akan mendapatkan ilmu dan pengalaman yang berharga. Yang nantinya bisa diaplikasikan dan dikembangkan di daerahnya masing-masing,” harapnya.
Ipuk juga mengajak para peserta magang nantinya dapat turut berkontribusi untuk menyampaikan gagasannya dalam turut serta menyelesaikan berbagai persoalan yang ada di Banyuwangi, terutama pengembangan desa.
"Desa menjadi fokus pengembangan di Banyuwangi. Di daerah seperti Banyuwangi ini, ada banyak hal yang menjadi tantangan. Seperti halnya jarak dari desa ke pusat kabupaten yang sampai tiga jam perjalanan. Inilah tantangan kami. Dari situ kami mengembangkan Smart kampung, menggunakan TIK untuk meng-generate desa-desa kami,” kata Ipuk.
Advertisement