Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) menyampaikan sejumlah perkembangan terkini kasus Covid-19 varian Omicron di Indonesia.
Salah satunya menurut Kemenkes, kasus konfirmasi Covid-19 di Indonesia mengalami penurunan untuk pertama kalinya sejak penyebaran varian Omicron mendominasi pada akhir Januari 2022.
Baca Juga
Advertisement
Kasus konfirmasi Covid-19 tercatat bertambah 55.209 per Sabtu, 12 Februari 2022. Pada Minggu 13, Februari 2022, kasus konfirmasi berada di posisi 44.526 yang artinya turun 10.683 dibandingkan Sabtu.
"Ini merupakan pertama kalinya kasus konfirmasi nasional turun semenjak Indonesia menyatakan masuk dominasi penyebaran varian Omicron akhir Januari 2022 lalu," ujar Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Siti Nadia Tarmizi dikutip dari siaran persnya, Senin 14 Februari 2022.
Selain itu, kata Nadia, pasien yang memiliki penyakit komorbid atau penyerta dan belum mendapat vaksinasi dosis lengkap menjadi korban terbesar pandemi Covid-19.
Dalam laporan Kemenkes pada periode 21 Januari sampai 8 Februari 2022, tercatat sebanyak 66 persen pasien Covid-19 yang meninggal belum mendapat vaksinasi lengkap.
Berikut sederet perkembangan terkini kasus Covid-19 di Indonesia disampaikan Kemenkes RI dihimpun Liputan6.com:
1. Sebut Kasus Covid-19 di Indonesia Alami Penurunan
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyebut kasus konfirmasi Covid-19 di Indonesia mengalami penurunan untuk pertama kalinya sejak penyebaran varian Omicron mendominasi pada akhir Januari 2022.
Kasus konfirmasi Covid-19 tercatat bertambah 55.209 per Sabtu, 12 Februari 2022. Pada Minggu 13, Februari 2022, kasus konfirmasi berada di posisi 44.526 yang artinya turun 10.683 dibandingkan Sabtu.
"Ini merupakan pertama kalinya kasus konfirmasi nasional turun semenjak Indonesia menyatakan masuk dominasi penyebaran varian Omicron akhir Januari 2022 lalu," kata Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Siti Nadia Tarmizi dikutip dari siaran persnya, Senin 14 Februari 2022.
Advertisement
2. Tetap Tingkatkan Testing dan Siapkan Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Kendati begitu, Nadia memastikan pemerintah terus berupaya memperkuat upaya pencegahan penyebaran Covid-19. Hal ini untuk meminimalisir dampak terburuk pandemi Covid-19 baik dari sisi kesehatan maupun sosial ekonomi lainnya.
"Upaya pencegahan seperti penguatan testing, tracing, dan treatment terus dilakukan pemerintah untuk mencegah perluasan penyebaran virus Covid-19 varian Omicron yang diketahui memiliki tingkat penyebaran lebih cepat," ucap Nadia.
Selain itu, pemerintah telah mempersiapkan fasilitas pelayanan kesehatan. Termasuk, menjaga tempat tidur rumah sakit tetap di angka optimal dan mampu merawat pasien yang membutuhkan seperti pasien bergejala sedang, berat, kritis, dan memiliki komorbid.
Nadia menyebut jumlah pasien Covid-19 yang dirawat di rumah sakit saat ini masih tetap terkendali. Pasien yang dirawat di rumah sakit secara nasional berada di angka 31 persen, naik 1 persen pada Minggu, 13 Februari pukul 18.10 WIB.
3. Imbau Pasien OTG dan Gejala Ringan Lakukan Isolasi Mandiri
Menurut Nadia, Kemenkes telah menetapkan kebijakan agar hanya masyarakat yang bergejala sedang hingga kritis atau memiliki komorbid saja yang dirawat di rumah sakit. Hal ini dilakukan untuk menekan kasus kematian akibat virus corona.
"Dengan begitu pasien OTG (tanpa gejala) atau yang bergejala ringan diimbau untuk isolasi mandiri di rumah atau isolasi terpusat di tempat-tempat yang disediakan pemerintah seperti di RSDC Wisma Atlet, Rusun Nagrak, Ngawi, dan Pasar Rumput di Jakarta," ujar Nadia.
Dia memastikan Kemenkes akan memberikan layanan konsultasi kesehatan secara gratis melalui platform telemedisin atau dari petugas kesehatan yang ada di puskesmas untuk pasien isolasi mandiri dan isolasi terpusat.
Kemenkes juga menyediakan paket obat dan multivitamin bagi pasien isoman dan isoter secara gratis agar segera pulih.
Advertisement
4. Sebut 66 Persen Pasien Covid-19 yang Meninggal Belum Vaksin Lengkap
Kemudian Nadia menyebut bahwa pasien yang memiliki penyakit komorbid atau penyerta dan belum mendapat vaksinasi dosis lengkap menjadi korban terbesar pandemi Covid-19.
Dalam laporan Kemenkes pada periode 21 Januari sampai 8 Februari 2022, tercatat sebanyak 66 persen pasien Covid-19 yang meninggal belum mendapat vaksinasi lengkap.
"Data Kemenkes pada periode 21 Januari hingga 8 Februari 2022 menunjukkan dari 487 pasien Covid-19 yang meninggal, 66 persen di antaranya belum divaksinasi lengkap," terang dia.
5. Imbau Masyarakat Lengkapi Vaksinasi
Untuk itu, pemerintah terus mendorong agar masyarakat segera menerima vaksinasi lengkap agar tak semakin banyak korban yang meninggal akibat Covid-19.
Nadia menyebut vaksinasi untuk masyarakat lanjut usia (lansia), orang yang memiliki komorbid, dan anak-anak harus dipercepat dan diperluas.
"Vaksinasi terbukti secara ilmiah mampu mengurangi risiko kesakitan dan kematian akibat terinfeksi Covid-19," ucapnya.
Menurut dia, hingga kini vaksin Covid-19 yang digunakan di Indonesia masih memiliki efektivitas yang baik untuk memproduksi antibodi bagi varian Covid-19 apa pun. Termasuk, varian Omicron yang memiliki tingkat penularan tinggi.
"Lengkapi vaksinasi dan lakukan vaksinasi booster apabila sudah saatnya menerima booster," kata Nadia.
Advertisement
6. Sebut Dokter OTG Covid-19 Bisa Layani Pasien Pakai Telemedicine
Nadia lalu menyampaikan, dokter yang positif Covid-19 tanpa gejala (Orang Tanpa Gejala/OTG) bisa tetap melayani pasien, termasuk pasien Covid-19. Caranya, dapat menggunakan telemedicine.
Penggunaan telemedicine tersebut untuk konsultasi pasien Covid-19 gejala ringan maupun OTG yang menjalani isolasi mandiri (isoman).
"Tenaga kesehatan maupun dokter yang sedang melaksanakan isolasi mandiri karena OTG, akan bisa diperbantukan untuk menjalankan konsultasi telemedicine pada pasien Covid-19 yang menjalankan isoman," kata Nadia.
Untuk kebutuhan tenaga kesehatan untuk menghadapi kondisi terburuk juga tengah dipersiapkan. Kekurangan tenaga kesehatan yang masih dapat diatasi oleh fasilitas pelayanan kesehatan melalui pengaturan sumber daya manusia (SDM) sehingga tidak berdampak pada pelayanan kesehatan.
"Strategi internal rumah sakit dapat dilakukan dengan pengaturan jadwal shift, mobilisasi tenaga kesehatan dari unit lain untuk membantu pelayanan di layanan Covid-19," terang Nadia.
"Dilakukan juga penyediaan transportasi antar jemput dan akomodasi untuk staf, mengurangi atau menunda layanan non emergensi, serta meningkatkan layanan telemedicine," sambung dia.
7. Kerahkan Tenaga Kesehatan Tangani Covid-19
Nadia menambahkan, strategi eksternal rumah sakit dalam penanganan Covid-19 dilakukan dengan mobilisasi relawan (koas, Peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis/PPDS) dan koordinasi dengan organisasi profesi dalam penyediaan tenaga cadangan untuk membantu.
"Selanjutnya, memobilisasi tenaga kesehatan rumah sakit dari wilayah kasus Covid-19 rendah ke tinggi, memobilisasi mahasiswa akhir di institusi pendidikan kesehatan, terutama membantu dalam administrasi," terang Nadia.
"Memobilisasi tenaga kesehatan yang bertugas di non faskes atau administrasi kesehatan untuk membantu merawat pasien Covid-19 dengan dipayungi oleh regulasi izin praktik," sambung dia.
Demi menekan kasus kematian menjadi lebih banyak lagi, Kemenkes telah menetapkan kebijakan agar hanya masyarakat yang bergejala sedang hingga kritis atau yang memiliki komorbid saja yang dirawat di rumah sakit.
"Dengan begitu pasien OTG atau yang bergejala ringan diimbau isolasi mandiri di rumah atau isolasi terpusat di tempat-tempat yang disediakan Pemerintah, seperti di RSDC Wisma Atlet, Rusun Nagrak, Ngawi, dan Pasar Rumput di Jakarta," tutup Nadia.
Advertisement