Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus USD 0,93 miliar pada Januari 2022. Komoditas yang mengalami kenaikan ekspor antara lain minyak sawit dan karet.
"Neraca perdagangan surplus USD 0,93 miliar," jelas Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Setianto, pada Selasa (15/2/2022). Surplus neraca perdagangan Indonesia pada Januari 2022 karena ekspor lebih tinggi dari impor.
Ekspor Indonesia pada Januari 2022 sebesar USD 19,16 miliar. Angka itu, naik 25,31 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy).
"Untuk harga minyak mentah Indonesia atau ICP naik dari USD73,6 per barel pada Desember 2021 menjadi USD 85,89 per barel pada Januari 2022," kata Setianto.
Adapun komoditas yang mengalami peningkatan adalah minyak sawit, minyak kernel, timah, tembaga, dan karet. Peningkatan eskpor tersebut memberikan dampak positif pada neraca dagang Indonesia.
Sementara itu, BPS juga mencatat impor Indonesia pada Januari 2022 tumbuh tinggi. Nilai impor Indonesia adalah USD 18,23 miliar. "Impor naik 36,77 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya year-on-year," kata Setianto.
Baca Juga
Advertisement
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Ekspor Indonesia pada Januari 2022
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai ekspor Indonesia Januari 2022 mencapai USD 19,16 miliar atau turun 14,29 persen dibanding ekspor Desember 2021 yang mencapai USD 22,36 miliar.
“Secara month to month ekspor kita turun dari USD 22,36 miliar menjadi USD 19,16 miliar atau turun sekitar 14,29 persen,” kata Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Setianto, dalam konferensi pers, Selasa (15/2/2022).
Sementara, secara kumulatif tahunan, ekspor Januari 2022 dimulai dengan nilai yang lebih tinggi dibandingkan Januari di tahun sebelumnya, ini lebih dipengaruhi harga.
“Kita lihat ekspor kita di bulan januari 2022 adalah USD 19,16 miliar. Jadi naik sekitar 25,31 persen dibandingkan Januari 2021,” ujarnya.
Untuk rinciannya, antara migas dan non migas terlihat terjadi peningkatan sebesar 25,31 persen, dan untuk komoditas migas meningkat 1,96 persen dari USD 0,88 miliar menjadi USD 0,90 miliar.
“Kemudian untuk non migas meningkat 26,74 persen dari USD 14,41 di Januari 2021 menjadi USD 18,26 miliar di Januari 2022. Ini gambaran kalau kita bandingkan Year on Year,” ujarnya.
Advertisement