Liputan6.com, Jakarta Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai impor Indonesia Januari 2022 mencapai USD 18,23 miliar atau turun 14,62 persen dibanding impor Desember 2021 yang mencapai USD 21,35 miliar.
“Untuk impor Januari 2022 lebih tinggi dibanding Januari tahun sebelumnya. Impor Jnauari 2022 sebesar USD 18,23 miliar,” kata Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Setianto, dalam konferensi pers, Selasa (15/2/2022).
Advertisement
Untuk rinciannya impor migas pada Desember 2021 mencapai USD 3,38 miliar turun sebesar 34 persen menjadi USD 2,23 miliar pada Januari 2022.
Untuk non migas dari USD 17,97 miliar pada Desember 2021, menjadi USD 16 miliar pada Januari 2022 atau turun 10,97 persen.
“Perkembangan impor, sebesar USD 18,23 miliar ini atau turun 14,62 persen secara month to month. Kita bandingkan Januari dan Desember dalam 2 tahun terakhir, Januari selalu lebih turun dibanding Desember tahun sebelumnya,” jelas Setianto.
Sementara jika dibandingkan secara tahunan dengan bulan yang sama tahun lalu, justru impor mengalami peningkatan 36,77 persen. Peningkatan ini juga berlaku untuk impor migas dan non migas.
“Untuk impor migas meningkat 43,66 persen atau dari USD 1,55 miliar pada Januari 2021 menjadi USD 2,23 miliar pada Januari 2022. Demikian juga untuk non migas meningkat Januari 2021 sebesar USD 11,78 miliar lalu meningkat 35,86 persen pada Januari 2022 menjadi USD 16 miliar,” jelasnya.
Secara Keseluruhan
Secara umum, total impor Janauri 2022 baik total impor maupun impor non migas lebih tinggi dibandingkan bulan Januari tahun 2020 dan tahun 2021. Dengan demikian, secara tahunan impor Indonesia masih mengalami peningkatan.
Lebih lanjut, impor menurut penggunaan barang secara bulanan seluruhnya mengalami penurunan, yaitu impor barang konsumsi penurunan terbesar minus 36,60 persen. Sedangkan, bahan baku/penolong minus 11,35 persen, dan barang modal minus 13,45 persen.
“Kemudian kalau kita lihat secara YoY (year on year), perubahan secara YoY masih biru semua artinya secara YoY untuk komoditas konsumsi, bahan baku/penolong dan barang modal masih mengalami peningkatan,” ujarnya.
Peningkatan terbesar terjadi pada barang modal sebesar 41,94 persen untuk mesin dan peralatan mekanis. Untuk konsumsi peningkatannya 10,25 persen, dan bahan baku/penolong meningkat 39,57 persen year on year.
Advertisement